Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suram dan Lesunya Penerbitan Buku

Kompas.com - 31/01/2011, 10:09 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Penerbitan buku di Indonesia sepanjang 2010 tidak beranjak dari tahun sebelumnya, tetap lesu dan suram. Penerbit sulit berkembang karena terbebani tingginya biaya produksi dan distribusi, lemahnya daya beli masyarakat, serta tak adanya dukungan pemerintah.

Sejumlah penerbit yang dijumpai di sejumlah kota mengatakan, rata-rata produksi buku dan angka penjualan buku terus turun. Sementara biaya produksi justru naik tajam karena harga kertas membubung tinggi dan ongkos distribusi mengalami kenaikan.

Rasyid Harry, Direktur Penerbit Hambali Swadaya Putra (HSP), di Jakarta, mengatakan, pihaknya selaku penerbit kecil berupaya menerbitkan 10 judul buku per tahun. Namun, penjualannya sangat sulit.

"Untuk mencapai penjualan 1.000 eksemplar per judul buku, butuh waktu sekitar satu hingga dua tahun," ujarnya, pekan lalu.

Untuk ikut proyek pengadaan buku pun, kata Rasyid, bukan hal mudah karena harus memiliki lobi kuat dengan birokrasi pemerintahan.

Dulu, penerbit kecil juga mendapat kesempatan untuk dibeli bukunya sehingga sangat membantu permodalan," kata Rasyid.

Di Yogyakarta, sejumlah penerbit terpaksa mengurangi produksi agar tetap bisa bertahan. Penerbit dan Percetakan Galang Press, misalnya, produksinya turun sekitar 30 persen ketimbang tahun 2009. Sementara Penerbit dan Percetakan Navila mengurangi produksi buku hingga 75 persen untuk mengatasi biaya produksi yang terus naik.

"Tahun 2010 merupakan masa kelabu untuk penerbitan buku,” kata Direktur Penerbit dan Percetakan Navila Sholeh UG. (ELN/IRE)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com