Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mendiknas Tak Akan Tarik Buku SBY

Kompas.com - 31/01/2011, 18:20 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh menegaskan tak akan menarik 10 buku seri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang beredar di beberapa sekolah menengah pertama di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah.

Nuh mengatakan, pengadaan buku pengayaan siswa tersebut dilakukan sesuai dengan mekanisme dan prosedur yang berlaku. "Apa sekarang masih zaman tarik-menarik sebuah buku?" ujar Nuh kepada wartawan di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (31/1/2011).

"Jadi, buku tersebut tidak akan ditarik karena bukan buku haram, kecuali sudah divonis bahwa buku itu haram. Kalau siswa boleh membaca buku tentang presiden-presiden negara lain, masa mereka tak boleh membaca buku tentang presiden sendiri," ia menambahkan.

Nuh juga menegaskan, buku tersebut diadakan bukan atas dasar permintaan Presiden. Mantan Rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya ini meminta agar pengadaan 10 buku seri SBY tak ke ranah lain. Dia pun menjelaskan proses pengadaan buku pengayaan siswa di Kementerian Pendidikan Nasional.

Pertama, buku diajukan ke Pusat Perbukuan Kemdiknas. Setelah diajukan, Kemdiknas akan membentuk tim independen yang terdiri dari akademisi dan penulis yang memiliki kompetensi di bidang masing-masing. Setelah tim independen meloloskan buku-buku yang diajukan penerbit, selanjutnya Mendiknas akan menetapkan buku tersebut sebagai buku pengayaan siswa pada tahun yang berjalan.

Nuh memaparkan, 10 buku seri SBY telah dievaluasi dan ditetapkan pada tahun 2009. Secara keseluruhan, ada 807 buku yang ditetapkan sebagai buku pengayaan siswa  tahun 2009. Di Kabupaten Tegal, selain 10 buku seri SBY, ada pula buku pengayaan siswa yang dicetak dengan dana alokasi khusus, seperti buku Bung Karno Mencari Tuhan serta buku yang bercerita mengenai Sultan Hasanuddin.

Kehadiran beragam buku pengayaan siswa di perpustakaan dipandang penting. "Perpustakaan harus bisa menyediakan beragam buku sehingga minat baca anak itu semakin tertantang. Ini juga diharapkan dapat memberikan inspirasi bagi siswa," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com