Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sekolah Mendata Siswa Jalur Undangan

Kompas.com - 16/02/2011, 10:43 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah sekolah menengah atas (SMA) mulai mendaftarkan siswa kelas XII mengikuti seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN) lewat jalur undangan.

Penentuan siswa calon peserta jalur undangan sepenuhnya menjadi wewenang sekolah. Meski seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN) jalur undangan dibuka 1 Februari lalu, belum semua sekolah siap.

"Kami membuat tim membantu siswa ikut SNMPTN lewat jalur undangan. Untungnya kami sudah pakai komputer sehingga mudah mendata semua siswa sehingga tahu peringkat mereka," kata Hartono, Kepala SMAN 12 Bandung, yang dihubungi dari Jakarta, Selasa (15/2/2011).

Jalur undangan merupakan mekanisme seleksi nasional berdasar penjaringan prestasi akademik tanpa ujian tertulis atau keterampilan. Hal itu beda dengan jalur penelusuran minat dan bakat. Sekolah bertugas mendaftarkan siswa terbaiknya mengikuti proses seleksi.

Berbeda dengan jalur berprestasi sebelumnya, jalur undangan memungkinkan pelamar memilih maksimal dua perguruan tinggi negeri yang diminati dengan tiga program studi di tiap PTN. Soal kendala, Hartono menyebut, ada yang belum memiliki nomor induk siswa nasional.

"Sekolah melacak dulu supaya siswa kami bisa terdaftar," katanya.

Hal yang sama dialami sejumlah siswa kelas XII di SMAN 9 Bandung.

"Kami menunggu kelengkapan data siswa supaya bisa mendaftarkan secara kolektif," kata Wakil Kepala SMAN 9 Bandung Iwan Hermawan.

Iwan mengatakan, panitia SNMPTN perlu mempertimbangkan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang berbeda di tiap sekolah. Itu demi rasa keadilan pada tiap siswa.

"Ada sekolah jor-joran memberi nilai rapor, ada yang sebaliknya. Panitia mesti bisa mempertimbangkan ini agar tak merugikan siswa," kata Iwan.

Daryono, Kepala SMA Global Mandiri Cibubur, mengatakan, sudah mendaftarkan 25 persen siswa terbaiknya.

"Kami tahunya yang akreditasi A jatahnya 25 persen. Kalau berubah, nanti kami tambah lagi," ujarnya. (ELN/LUK)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com