Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dikeluarkan Sekolah gara-gara Facebook

Kompas.com - 03/03/2011, 22:29 WIB

KOMPAS.com — "Sekola saya korupsi looh! Pengen saya basmi!" Fresta (17) sungguh sedang kesal ketika menulis kalimat itu di status Facebook-nya. Namun, ia tidak pernah menyangka, kalimat itu bakal membuatnya dikeluarkan dari sekolah. Malah bukan hanya dia, melainkan juga dua temannya yang ikut nimbrung di status itu.

Fresta adalah siswi kelas XI di Sekolah Menengah Kejuruan Pembangunan  (SMK Pembangunan) Kota Bogor di Jawa Barat. Pada tanggal 8 Februari 2011, pukul 17.54, ia menulis dua kalimat itu di statusnya. Teman sekelasnya, Firda (17), ikut-ikutan memberi jempol pada status itu sebagai tanda menyukainya. Adapun Amelia (17) mengomentari dengan, "Hahahaha bener banget tuh".

Dua hari setelah itu, wali kelasnya mendatangi rumah Fresta di Kedung Halang, Kecamatan Bogor Utara. Sang guru mengundang orangtua Fresta untuk datang ke sekolah keesokan harinya. Saat ibu Fresta, Romlah Suharti (40), bertanya, sang guru tak menjelaskan, sambil beralasan akan ada penjelasan.

Keesokan harinya, pada 11 Februari, Romlah datang bersama Fresta. Beberapa menit di sana, ia sudah disodori selembar kertas kosong bermeterai. Manajemen sekolah meminta Fresta membuat surat pengunduran diri. Sekolah beralasan, ada perilaku Fresta yang tidak sesuai.

Romlah memohon agar sekolah tak mengeluarkan anaknya. Hari itu ia masih menolak menandatangani. Tanggal 14 Februari, Fresta resmi dikeluarkan dari sekolah setelah tetap tak ada titik temu. Hal serupa juga dialami dua temannya, Amelia dan Firda.

Mengapa menulis seperti itu di Facebook? "Soalnya denger-denger begitu. Siang sebelum menulis, air di kamar mandi sekolah ngadat. Hari itu juga datang orang PDAM ke sekolah nagih. Katanya tiga bulan belum bayar," tutur Fresta, Kamis (3/3/2011) di ruang rapat Komisi D DPRD Kota Bogor.

Amelia, Firda, serta lima kakak kelasnya, Pipih, Agustianingsih, Rinawati, Salamah, dan Munengsih, didampingi beberapa wakil orangtua hari itu mengadu ke DPRD agar mendapat keadilan dan kembali diterima bersekolah di SMK Pembangunan Bogor.

Manajemen sekolah sudah pernah juga mengeluarkan siswanya pada akhir Desember 2010. Saat itu yang dikeluarkan bahkan lima siswi kelas XII, tingkat akhir yang bakal mengikuti ujian nasional pada April mendatang. Alasannya, mereka kerap membolos sekolah dan berperilaku tidak baik.

"Fresta tidak bermasalah. Tidak membolos dan nilainya juga sedang-sedang," tutur Romlah. Ia mengaku anaknya memang pernah dihukum saat kelas X. Ketika itu ada razia telepon genggam. Ia meminjam telepon genggam temannya untuk mengirim pesan singkat, tetapi dalam telepon genggam itu ternyata ada gambar porno. "Itu juga bukan punya anak saya. Dan, setelah itu tidak ada masalah lain," tuturnya.

Menurut Romlah, sekolah seharusnya bisa instrospeksi diri mengapa sampai ada siswa yang menulis dengan status seperti itu di situs jejaring sosial. Artinya, ada ketidakpuasan dan seharusnya mereka tidak menanggapinya dengan keras langsung mengeluarkan, tetapi mengayomi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau