BANDUNG, KOMPAS.com - Mengadopsi nuansa kota Bandung tempo dulu, pengembang PT. Belaputera Intiland merancangnya dalam kota mandiri Kota Baru Parahyangan. Pengembang beralasan nuansa era kolonial yang erat dengan sejarah kota Bandung sudah jarang ditemukan.
Menurut Marketing Manager PT. Belaputera Intiland, Raymond Hadipranoto, peminat pembeli rumah untuk hunian bergaya Bandung tempo dulu paling tinggi. "Untuk peminat koridor Bandoeng Tempo Doeloe paling tinggi karena punya ciri khas dari nilai sejarah. Selain sejarah, kami mengambil pilar arsitekturnya yang bergaya kolonial," paparnya.
Koridor Bandoeng Tempo Doeloe menghadirkan suasana nostalgia Bandung pada masa kolonial sekitar tahun 1930. Konsep koridor ini dibagi dua, yaitu konsep Cipaganti (produk hunian) dan konsep Braga (produk komersial).
Untuk hunian, rumah-rumah di koridor ini mengacu pada rumah di jalan Cipaganti, Cilaki, dan Riau yang memiliki serambi depan dan belakang, konsep rumah berpagar, dan didukung taman yang membawa suasana asri dan hijau. "Rumah disini yang standar harganya Rp 1,2 Miliar, sedang posisi di ujung yang lebih strategi mencapai Rp 2 Miliar," kata Raymond.
Sementara, untuk konsep komersial terdiri dari ruko-ruko yang mengadopsi jalan Braga. Braga dikenal sebagai pusat lifestyle dan entertainnya seperti kafe, bakery, fashion, dan toko buku.
Konsep arsitekur yang mengadopsi sejarah di Bandung juga diimplementasikan pada hunian di tatar Pitaloka yang bergaya Victorian, dan hunian di Tatar Jingganagara dengan gaya art deco. (Natalia Ririh)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.