Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sori... Buku Ini "Salah Jurusan"!

Kompas.com - 21/03/2011, 14:01 WIB

KOMPAS.com - Sebagai Presiden RI kedua yang pernah menjabat lebih dari satu periode masa jabatan seorang presiden, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), buku ini menggambarkan SBY sebagai presiden yang dikenal sebagai "pesolek". Nama baik dan citranya harus selalu terjaga di mata masyarakat dan kerabatnya.

Terkait hal itu, belakangan di beberapa Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Dasar (SD) di luar ibukota, didapati beberapa buku yang membahas kepemimpinan ala SBY. Kontan, hal itu menuai kontradiksi keras di masyarakat, terutama di kalangan pendidik. Pasalnya, buku itu ditujukan untuk pelajar tingkat dasar dan menengah. Muncul spekulasi, buku tersebut hanya sebagai sebuah pencitraan yang salah sasaran.

Buku tersebut diberi judul “Lebih Dekat dengan SBY” dan dikemas dalam beberapa seri. Tiap serinya ditulis oleh penulis yang berbeda. Salah satunya yaitu seri "Lebih Dekat dengan SBY: Peduli Kemiskinan" yang ditulis oleh Anang Solihin Wardan, seorang staf penerbit Rosdakarya, yang juga menjadi penerbit sepuluh buku serial SBY ini.

Memiliki tebal 244 halaman, buku ini menceritakan kebijakan dan tindakan, serta upaya SBY dalam memberantas kemiskinan. Buku yang dibagi dalam enam bahasan dan 28 sub bahasan ini, dikombinasi juga dengan pemberitaan di media massa---cetak dan elektronik---dan berbagai rekaman peristiwa terkait upaya SBY dalam mengentaskan kemiskinan di Indonesia.

Secara umum buku ini lebih tepat sebagai sebuah rangkuman perjalanan SBY yang dikutip dari berbagai peristiwa dan pemberitaan media. Buku ini lebih terkesan mengagung-agungkan kinerja SBY selama memerintah dibanding sebagai sebuah buku pengayaan.

Terlihat jelas, bagaimana buku ini membeberkan bukti-bukti saat SBY menurunkan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi sampai tiga kali sebelum Pemilihan Presiden (Pilpres) 2009 lalu. Peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan publik semasa pemerintah SBY juga disajikan dengan beragam data dan angka-angka yang bisa membuat bingung pembaca yang masih mengenyam pendidikan dasar dan menengah.

Istilah-istilah asing yang mungkin belum akrab di telinga pelajar tingkat sekolah dasar dan sekolah menengah pertama (SD/SMP) juga digunakan secara masif dalam setiap bahasannya.

Sebagai contoh pada bahasan pertama berjudul "Negara Kita, Negara yang Besar", buku ini menjabarkan saat SBY mengemukakan tiga gelombang peradaban (way of civilization) yang di dalamnya terdapat tiga unsur masyarakat, seperti agricultural society, industrial society dan information society. (hal. 8). Kutipan-kutipan dari buku-buku asing dan tokoh dunia pun tidak ketinggalan disebut di dalamnya.

Dari situ terlihat jelas, bahwa penulis menjadikan hal tersebut sebagai sebuah rujukan atas segala paparannya. Seperti kutipan akan penjelasan Hernando de Soto, penulis buku the Mystery of Capital tentang cara mengintegrasikan kelompok marginal ke dalam jaringan pasar global, yang lebih akrab dengan para akademisi di lingkup universitas dalam mempelajari dunia ekonomi (Hal. 16).

Absurd

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com