Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden SBY, "Adil Tanpa Pandang Bulu"

Kompas.com - 21/03/2011, 18:42 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejarah ditulis oleh pemenang, bukan pecundang. Dalam konteks Pemilihan Presiden (Pilpres) 2004 dan 2009, pemenangnya adalah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), yang kemudian menjadi Presiden RI selama dua periode hingga 2014 nanti. Mudah ditebak, isi buku sejarah "Adil Tanpa Pandang Bulu" berisi materi yang biasa disajikan untuk si pemenang.

Maka, buku yang ditulis Arif Supriyono dan dimaksudkan sebagai salah satu dari 10 seri buku "Lebih Dekat Dengan SBY" ini tidak memuat kekalahan, kegagalan, dan inferiority. Sebaliknya, semua yang ditulis, mulai bagian satu sampai lima, berisi keberhasilan seorang SBY dalam menegakkan keadilan sekaligus memberantas kejahatan.

Serial buku dimaksudkan sebagai konsumsi pelajar sekolah menengah, akan tetapi melihat pemilihan dan gaya bahasanya lebih tepat diperuntukkan untuk umum atau orang dewasa karena bergaya opini dengan mengutip berbagai sumber media massa.

Bab pertama buku ini bicara mengenai keberhasilan SBY menegakkan keadilan. Bab kedua bercerita tentang keberhasilan SBY melawan kejahatan. Bab ketiga menggambarkan cara SBY membasmi terorisme. Bab keempat menggambarkan kehebatan SBY memberantas korupsi. Bab kelima atau terakhir contoh baik bagaimana SBY berhasil membangun demokrasi. Seluruhnya berisi 30 artikel.

Dalam menegakkan keadilan yang disebut buku ini sebagai "tanpa pandang bulu", diceritakan bagaimana SBY memberi peluang kepada aparat penegak keadilan membongkar kasus sensitif di Departemen Agama, yang kemudian menyeret mantan menterinya, Said Agil Husein Almunawar, sebagai pesakitan. Juga, dalam menyeret Widjanarko Puspoyo dalam kasus korupsi Bulog. Demikian pula saat ditemukannya indikasi penyelewengan dana di Departemen Kelautan dan Perikanan yang menyeret menterinya, Rokhmin Dahuri.

"Istilah tebang pilih tak berlaku dalam usaha penegakan hukum, kalaupun ada hal yang harus menjadi pertimbangan dan layak diprioritaskan, hal yang menyangkut kepentingan luas masyarakatlah yang akan diutamakan. Selain itu, tentu saja besarnya kerugian negara yang ditimbulkan juga menjadi pertimbangan penting lainnya," demikian tertulis dalam buku ini (hal 5).

Dalam kasus SBY dengan mantan anggota DPR Zainal Ma'arif, terlihat kontras bahasa yang diperuntukkan bagi pecundang, saat politisi itu menggugat SBY yang menyetujui pemecatan dirinya. Tertulis, "Di sinilah kemudian ketidakdewasaan Zaenal muncul. Dengan seenaknya dia (Zaenal) menduga, bahwa persetujuan untuk mengganti dirinya sebagai anggota Dewan oleh Presiden karena statusnya yang beristri dua. Dia menuduh istri SBY, Ny Ani Yudhoyono, tak suka pilihan hidupnya untuk berpoligami sehingga mempengaruhi Presiden agar membuat keputusan untuk menyetujui pemberhentian atas Zaenal itu." (hal 30)

Mengutip Zaenal saat jumpa pers di Gedung DPR, buku itu selanjutnya menyebutkan, "Saya akan menyampaikan bukti bahwa SBY pun pernah diisukan menikah sebelum masuk Akabri." SBY yang terkena fitnah Zaenal kemudian melayangkan surat pribadi tertanggal 18 Februari 2008 kepada anggota Dewan tersebut. Surat cukup panjang yang ditembuskan ke Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat itu termuat utuh di halaman 37-39 buku ini. Isinya tentu saja kebesaran hati SBY untuk memaafkan Zaenal.

Fitnah lainnya, menurut buku ini, dilancarkan aktivis Eggi Sudjana yang datang ke KPK untuk melaporkan dugaan suap empat mobil mewah Jaguar oleh pengusaha Harry Tanoesoedibjo kepada SBY (yang konon telah digunakan seorang anaknya), Sekretaris Kabinet Sudi Silalahi, juru bicara kepresidenan Andi Mallarangeng dan Dino Patti Djalal. Sudah dapat diduga, seluruh fitnah ini bisa dikalahkan oleh berbagai bantahan dari orang-orang yang dituduh Eggi. 

Tidak sampai di situ, kepiawaian SBY berikutnya adalah dalam memerangi kejahatan, yang antara lain mampu memberangus "Raja Narkoba",  menggulung perjudian, dan menebas pembalakan (illegal loging). Bagaimana SBY lewat aparat penegak hukum menyeret pelaku Bom Bali dan Bom Marriot, juga tergambar dalam buku ini, nyaris tanpa cacat dan cela.

Sedangkan dalam upayanya memberantas korupsi, tergambar dengan diseretnya para koruptor kelas kakap mulai dari menteri, jenderal, gubernur, hingga anggota DPR, bersamaan dengan penggambaran keberhasilan pemerintah SBY memberdayakan KPK. Sayangnya, karena buku ini dicetak tahun 2009, masalah dugaan korupsi ramai-ramai yang dikenal sebagai kasus Bank Century, tidak terungkapkan. Kasus ini menarik karena disebut-sebut melibatkan para petinggi pemerintahan di bawah rezim SBY.

Tetapi itu tadi, karena sejarah dibuat oleh pemenang, maka besar kemungkinan kasus itu tidak akan muncul atau dimunculkan dalam buku ini. Yang jelas, buku untuk bacaan siswa sekolah ini berisi keberhasilan SBY dalam menegakkan keadilan sekaligus memberantas kejahatan.   

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com