Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sistem Pendidikan Terus Dikritik

Kompas.com - 30/03/2011, 10:37 WIB

WELLINGTON, KOMPAS.com - Kongres Mahasiswa Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) di Selandia Baru mengkritik sistem pendidikan nasional yang kurang menghargai keahlian intelektual dan seringnya perubahan kurikulum. Kritik juga untuk penyelewengan anggaran pendidikan dan komersialisasi berlebihan.

Kongres merekomendasikan peningkatan insentif bagi tenaga akademik dan penyusunan platform kurikulum jangka panjang, tetapi tetap membuka ruang untuk penyesuaian. Demikian salah satu rekomendasi Kongres Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Selandia Baru, Sabtu-Minggu (27/3/2011), di Wellington, Selandia Baru. Kongres diikuti utusan mahasiswa S-1 hingga S-3 yang belajar di sejumlah perguruan tinggi di enam kota, yaitu Auckland, Canterbury, Dunedin, Hamilton, Palmerston North, dan Wellington.

Saat ini ada sekitar 300 mahasiswa Indonesia yang kuliah di Selandia Baru. Kongres untuk pertama kali membentuk PPI Selandia Baru. Terpilih sebagai ketua presidium adalah William Huang, mahasiswa University of Canterbury.

"Kami tetap akan memberi kritik dan sumbangan pemikiran untuk kemajuan bangsa," kata William.

Kongres juga meminta pengawasan ketat dan sanksi tegas atas penyelewengan anggaran pendidikan. Kongres juga mendesak pengelolaan kekayaan alam secara hati-hati untuk memperlambat, menghentikan, dan memulihkan lingkungan.

Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh RI untuk Selandia Baru A Agus Sriyono mengatakan, pembentukan PPI Selandia Baru menjadi wadah kerja sama memperkuat silaturahim antarmahasiswa. Ia berharap sekembalinya ke Indonesia, mahasiswa tetap memperkuat jejaring internasional.

Saat ini, jumlah mahasiswa Indonesia yang dapat beasiswa dari Selandia Baru meningkat dari 15 menjadi 50 mahasiswa per tahun. (THY)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com