Program Iptekda LIPI Bina 6.290 UMKM

JEMBER, KOMPAS.com -  Setiap tahun sedikitnya 300 proposal dari berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta di Indonesia masuk ke Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) untuk memperoleh program penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi di daerah. Paling hanya sekitar 30 persen yang memenuhi syarat untuk mendapat bantuan, pembinaan dan pengembangan yang Iptekda LIPI.

Program Iptekda LIPI mulai tahun 2000 atau tahun ke-3 melibatkan perguruan tinggi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi di daerah dan sekaligus wujud pengabdian kepada masyarakat.

Staf Sekretariat Iptekda LIPI Jakarta Suradi kepada Kompas di Jember, Sabtu (2/4) mengatakan, program Iptekda LIPI sejak 14 tahun lalu berhasil membina 6.290 usaha mikro, kecil dan menengah di 30 propinsi di Indonesia, selain Gortontalo, Kalimantan Tengah dan Papua Tengah.

Menurut Suradi, setiap tahun sedikitnya dikucurkan dana sebesar Rp 10 milyar dari APBN untuk ptogram ini . Tujuannya untuk memberi pembinaan, pelatihan dan pengembangan UMKM bersama perguruan tinggi.

Dana untuk UMKM ini kembali akan dikembalikan lagi sesuai perjanjian, paling lama tiga tahun. Pengembaliannya melalui Kelompok Intermewdiasi Ahli Teknologi (KIAT) untuk digulirkan lagi ke UMKM lainnya, kata Suradi.

Hampir 50 persen UMKM yang mendapat pelatihan, binaan dan pengembangan dari program ini sudah jalan. Bahkan ada yang eksport sampai ke manca negara, seperti yang dilakukan oleh Politeknik Jember bekerja sama di UMKM kelompok usaha bersama kerajinan perlengkapan dapur dan peningkatan daya saing ekspor industri kerajinan alat musik etnis di Desa Balung Kulon Kecamatan Balung, Jember.

Setiap bulan Bambang ElPriyanto Ermadi bisa kirim alat musik etnis sebanyak satu kontainer ke Eropa senilai Rp 46 juta Rp 125 juta. Sedang Sopomo pengrajin alat dapur dari limbah aren mampu mengirim sebanyak 33.000 unit ke Kucing, Malaysia.  

Program Iptekda LIPI sangat mengge mbirakan. Kegiatan Iptekda LIPI sampai saat ini telah terselanggara sebanyak 759 kegiatan, kata Su radi. Awalnya kegiatan Iptekda LIPI tahun 1998 berorientasi program sangat dipengaruhi keadaan darurat krisis dan perlu ada kegiatan jarting pengaman sosial bagi kelompok masyarakat miskin.

Saat itu program ini masih difokuskan pada k riteria untuk membantu masyarakat atau UMKM dalam pembinaan manajemen, teknologi dan permodalan tanpa terlalu mempertimbangkan kelayakan ekonomi dari usahanya. Walau saat itu tidak mempertimbangkan kelayakan ekonomi, tetapi kenyataannya tidak sedikit UMKM binaan dari Iptekda LIPI yang masih jalan hingga saat ini.(SIR)

.