Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pepino Asal Belanda Kalahkan Apel Batu

Kompas.com - 09/04/2011, 20:23 WIB

BATU, KOMPAS.com — Kota Batu yang dahulu dikenal sebagai kota penghasil apel di Jawa Timur kini tidak sudah tidak lagi demikian. Tragisnya, apel khas Kota Wisata itu sudah nyaris musnah. Selain lahan untuk menamam apel sudah mulai berkurang, warga setempat banyak yang berpindah tanam ke pepino (Solanum muricatum Aiton).

Buah pepino yang didatangkan dari Belanda itu kini ditingkat pasaran sudah hampir mengalahkan buah apel. Tak sedikit petani yang berubah profesi menjadi petani tanaman pepino.

Apa itu pepino? Pepino adalah buah yang bentuk luarnya perpaduan terung—ketimun berwarna ungu bergaris-garis—bentuk dalamnya mirip melon dan rasanya tidak asam, tidak terlalu manis bahkan tidak juga anyep. Buah yang masih termasuk "keluarga" terung ini sudah mulai banyak dikembangkan oleh petani di Kecamatan Bumiaji, Kota Batu.

Petani yang awalnya petani petani apel kini berpindah menanam pepino itu. Salah satunya apa yang dilakukan Purnomo (35) di Desa Punten Kecamatan Bumiaji, yang dulunya petani apel. Menurut pengakuan Purnomo, tanaman pepino itu mirip terung, pohonnya tidak terlalu tinggi sehingga bisa ditanam di sebelah pohon apel.

"Saat ini mengandalkan apel sudah tidak bisa. Cuacanya kurang mendukung, harga tak memuaskan. Kalau buah pepino harganya lumayan tinggi dilihat dari modal yang dikeluarkan," katanya, ditemui Sabtu (9/4/2011) di rumahnya.

Menurut dia, pembibitan buah pepino itu dilakukan dengan cara vegetatif. Tunas-tunas yang sudah ada calon akarnya dipisah dalam polybag dan diperlakukan perawatan khusus.

"Perawatannya pun cenderung mudah, tak terlalu banyak memerlukan air. Musuh utama tanaman itu adalah ulat dan belalang pemakan daun itu. Setelah masa tanam satu bulan, bunganya akan tumbuh. Tiga atau empat bulan kemudian, dilakukan panen pertama," cerita Purnomo.

Adapun buahnya biasanya ada dua jenis. Ada yang berwarna berwarna putih bersih dan ada yang berwarna ungu. Kalau buah yang sudah matang, baunya sangat harum layaknya buah melon. Sayangnya usia tanaman buah pepino ini tak bisa bertahan lama. Setelah mencapai satu tahun, harus diganti dengan bibit yang baru lagi.

Enaknya, buah pepino itu dapat tumbuh subur dan berkembang dengan baik pada dataran tinggi maupun dataran rendah dengan perawatan khusus. Purnomo mengaku, hasil produksi buah pepino memang belum sebesar hasil produksi apel. "Kebanyakan, yang memproduksi atau menanam pohon pepino itu juga petani apel. Buah pepino itu berasal dari Belanda. Buah pepino itu hanya membutuhkan waktu sekitar tiga bulan untuk siap panen. Semakin matang ketika di umur empat bulan," jelasnya.

Salah satu pedagang buah di Pasar Batu, Marlikah (45), yang ditemui Kompas.com, mengatakan, peminat buah pepino ini sudah banyak, terutama para pembeli yang mengerti khasiat dari buah pepino itu. Buah pepino itu, kata Marlikah, adalah buah yang banyak mengandung vitamin dan juga mengandung zat yang baik untuk pengobatan kesehatan tubuh.

"Kebanyakan yang beli buah ini orang yang tahu khasiatnya," kata Marlikah. Untuk menjual buah tersebut, perlu menjelaskan khasiatnya kepada para pembeli. "Yang kami tahu, buah ini bisa mengobati segala macam penyakit yang ada dalam diri manusia. Mulai penyakit sariawan, diabetes, wasir, dan penyakit lainnya," jelasnya.

Harga buah Pepino per kilogramnya Rp 7.000. "Itu harga umumnya. Namun, kadang bisa dinego karena buah ini masih baru. Masih dalam proses promosi. Yang jelas, sudah hampir mengalahkan buah apel Kota Batu," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com