Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Bullying" Juga Bisa Terjadi di Kantor

Kompas.com - 12/04/2011, 15:49 WIB

KOMPAS.com - "Bullying" di tempat kerja bisa terjadi lewat tindakan-tindakan kecil dan terlihat tak berbahaya, bahkan orang yang menjadi korban tak merasakannya. Contoh, komentar pasif-agresif dari teman, atau pandangan merendahkan dari atasan bisa jadi salah satu tanda-tandanya. Tanda-tandanya bisa pula sangat jelas, seperti, dihilangkan dari daftar undangan rapat, atau kata-kata makian dari si bos kepada Anda di depan rekan kerja lain, atau Anda didiamkan sementara si bos bicara akrab dengan rekan kerja Anda. Sebuah riset di Perancis mengungkapkan, bullying di kantor bisa berdampak pada kesehatan si korban.

Studi yang dilangsungkan oleh Inserm, French National Institute for Health and Medical Research menemukan bahwa 1 dari 10 pekerja mengalami "sikap tak bersahabat" di lingkungan kerja setidaknya 1 kali dalam seminggu. Mereka yang menjadi korban bullying seringkali mengalami masalah tidur.

Sebuah studi yang dilangsungkan oleh Workplace Bullying Institute (WBI) dan Zogby International menemukan bahwa 37 persen penduduk Amerika merasa menjadi korban bullying di kantor di satu titik dalam hidupnya.

WBI menyebutnya sebagai sebuah "epidemi sunyi", dengan sekitar 12 persen orang menyaksikan orang lain diperlakukan tidak adil oleh rekan kantornya. Para pekerja merasa enggan untuk melaporkan tindakan semacam ini, menurut sturi tersebut, karena sebagian besar dari pelakukanya adalah bos, dan para pegawai merasa perusahaan pasti akan mengabaikan permasalahannya.

Karena merasa terpojok dan tidak mendapatkan jawaban, para pegawai pun mulai menyimpan rasa sakit dalam dadanya dan menelan sendiri apa yang mereka rasa. Para peneliti di Perancis mengatakan, hal ini bisa berdampak pada kesehatan fisik, seperti masalah tidur, yang akan menghasilkan rasa lelah di waktu kerja, dan menjadi akar masalah begitu banyak masalah kesehatan.

Merasa menjadi korban bullying di kantor? Cek tanda-tanda berikut ini:
* Anda merasa ingin muntah setiap kali menyadari Anda harus ke kantor, entah itu malam sebelumnya atau saat akan berangkat ke kantor.
* Keluarga atau sahabat terdekat seringkali menegur Anda terlalu terobsesi dengan pekerjaan saat sedang di rumah.
* Saat Anda mengecek kesehatan, berulang kali dokter mengingatkan masalah tekanan darah Anda yang tinggi dan masalah kesehatan lain, bahkan sudah menyarankan untuk mengganti pekerjaan.
* Anda merasa malu untuk bercerita kepada pasangan bahwa ada orang di kantor yang mulai mengkontrol Anda.
* Semua waktu liburan Anda berfokus pada "istirahat dari tekanan mental" di kantor.
* Waktu libur atau cuti Anda dihabiskan dengan hal yang percuma, tak terasa menyenangkan, malah melelahkan, gairah Anda untuk melakukan sesuatu yang menyenangkan tiba-tiba raib. Hidup Anda terasa hampa.
* Kegiatan favorit yang dulu terasa menyenangkan kini tak lagi menggugah rasa bahagia Anda.
* Anda mulai percaya bahwa Andalah penyebab kekejaman orang-orang yang ada di kantor.
* Anda mulai mencoba mengerjakan tugas-tugas yang terlihat sangat mustahil dan kadang di luar tanggung jawab Anda, bahkan tanpa pelatihan atau waktu untuk membekali diri sebelum melakukan tugas itu, namun, tetap saja, hal-hal luar biasa itu, tak pernah cukup baik di mata bos Anda.
* Rapat dadakan yang digelar bos Anda tak berujung pada hasil yang konkret, malah lebih banyak mempermalukan Anda.
* Semua tindakan kasar dan menyakitkan hati Anda yang dilakukan oleh atasan sebenarnya tidak ada hubungannya dengan pekerjaan, dan tidak memberi solusi yang berkenaan dengan kemajuan bisnis.
* Teman-teman secara perlahan menjauhi Anda, karena suruhan atasan, atau karena mereka merasa kasihan kepada Anda, atau lebih parah, takut menjadi seperti Anda.
* Anda terus menerus merasa khawatir dan tidak tenak, merasa sedang menunggu sesuatu yang buruk.
* Tak peduli apa yang Anda lakukan, Anda tak pernah bisa dibiarkan bekerja sendiri tanpa campur tangan dari penyiksa Anda.
* Semua orang merasa memiliki hak untuk berteriak atau bernada kencang kepada Anda, tetapi Anda akan dihukum jika berani membuka mulut.
* Beberapa "teman" di departemen sumber daya manusia mengatakan apa yang Anda terima itu bukan masalah pelecehan, dan Anda sebaiknya "menyelesaikan secara musyawarah" dengan orang yang Anda tuduh sebagai "penyiksa".
* Anda pernah dicap tidak kompeten melakukan pekerjaan Anda, meski Anda tahu orang yang mengatakan hal itu sama sekali tidak tahu bagaimana cara menyelesaikan pekerjaan Anda itu sama baik dengan hasil Anda.
* Semua orang di kantor setuju bahwa orang yang mem-bully Anda itu memang orang yang sulit diajak bekerjasama, bahkan menyebalkan, tetapi tak ada yang bisa mereka lakukan untuk membantu Anda, bahkan, tak heran jika mereka lalu memutar badan mereka ketika Anda minta bantuan untuk mendukung Anda.
* Permintaan Anda untuk pindah divisi, secara misterius ditolak.

Melawannya?
1. Identifikasikan sikapnya. Karena kebanyakan perilaku bullying tidak ilegal, tingkahnya pun tak secara tradisional dilegitimasi. Dengan mengutarakan masalahnya, Anda makin menyadari keadaan yang sedang terjadi.

2. Ambil waktu untuk lindungi diri. WBI merekomendasikan untuk membicarakan masalah Anda kepada ahli kesehatan mental profesional, juga kepada dokter umum. Sebagai tambahan, mereka menyarankan untuk membicarakan masalah hukum tentang apa yang Anda rasakan di kantor. Kalau perlu, cari pekerjaan dengan posisi yang lebih baik.

3. Tunjukkan kepada si penekan Anda, tindakannya tidak benar. Saat bicara dengan atasan Anda, berikan kesempatan untuknya agar bisa melihat situasi. Bicarakan garis besarnya, jangan terbawa emosi. Jangan merasa malu juga. Tak ada yang minta untuk menjadi korban bullying.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com