Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertanian Sehat Berwawasan Lingkungan

Kompas.com - 13/04/2011, 02:38 WIB

Runik Sri Astuti

Penggunaan bahan kimia secara berlebihan dalam penatalaksanaan pertanian di Tanah Air mengundang keprihatinan Triono Basuki. Dampak bahan kimia itu merusak lingkungan dan mengancam keselamatan jiwa manusia. Kondisi ini memotivasi dia mengampanyekan pertanian sehat berwawasan lingkungan.

Basuki, sapaannya, adalah petani di Desa Kaibon, Kecamatan Geger, Kabupaten Madiun, Jawa Timur. Di dunia pertanian, terutama bidang tanaman pangan, ia boleh dibilang pendatang baru. Persinggungan dia dengan tanaman pangan baru berbilang tahun.

Jadilah, ia sering dicemooh rekan-rekan sesama petani. Namun, dia tak patah arang mengajak mereka menerapkan pola tanam berwawasan lingkungan demi mendapat hasil yang sehat dikonsumsi orang.

Basuki percaya makanan yang tak banyak terkontaminasi bahan kimia terjaga kandungan gizinya. Makanan sehat hanya dihasilkan dari proses pertanian yang tidak banyak menggunakan bahan kimia.

Dalam konsep Basuki, petani tidak boleh hanya mengeksploitasi sawah, tetapi juga bertanggung jawab menjaga kondisi tanah tetap subur. Dengan metode pertanian yang menggunakan pupuk kimia mencapai 750 kilogram (kg) hingga 1 ton per hektar, sawah tidak menjadi subur, justru kian tandus. Apalagi, ditambah pemakaian obat pembasmi hama dan penyakit berbahan kimia akan mengakibatkan pencemaran lingkungan.

Buktinya, produktivitas gabah terus merosot. Jika sebelumnya 7 ton per hektar, kini di Madiun rata-rata 5,4 ton per hektar. Di sisi lain, kebutuhan pemakaian pupuk anorganik semakin tinggi. Jika lima tahun lalu rata-rata per hektar sawah cukup dengan 300-500 kg pupuk anorganik, kini kebutuhan mencapai 1 ton per hektar. Adapun rekomendasi Kementerian Pertanian, satu hektar sawah idealnya hanya 250 kg.

”Ini karena tanah sawah kita miskin kandungan unsur hara. Jika tidak dibarengi penggunaan bahan kimia yang berlebih, tidak mampu menghasilkan produksi tinggi. Di Madiun, misalnya, kandungan unsur hara rata-rata kurang dari 1 persen,” katanya.

Untuk mengembalikan kesuburan tanah, petani harus mengurangi pupuk kimia dan memperbanyak pupuk organik. Seruan mengurangi pupuk kimia berkali-kali disampaikan pemerintah pusat dan daerah. Namun, seruan itu menjadi ”pepesan kosong” karena tak dibarengi pendampingan di lapangan dan pemberdayaan petani.

Basuki berusaha memberdayakan petani untuk memproduksi pupuk organik sendiri. Bahan bakunya tersedia di lingkungan sekitar dan murah. Sebagai contoh, memanfaatkan limbah yang terbuang, seperti kotoran dan urine sapi, abu hasil pembakaran pabrik gula, serta katul atau kulit ari padi.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com