Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perlunya Membuka Akses bagi Mereka...

Kompas.com - 19/04/2011, 05:58 WIB

Ujian nasional baru akan dimulai pukul 08.00. Namun, dua jam sebelumnya 21 peserta UN di SMA Luar Biasa Tuna Rungu Yayasan Santi Rama sudah rapi duduk di kursi ruang ujian sambil mempelajari kisi-kisi soal UN tahun lalu. Suasana hening. Sesekali beberapa anak berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat.

Dara Novita (17) yang sedang mempelajari kisi-kisi soal di ruang kelas kaget ketika didekati Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh yang tengah meninjau pelaksanaan UN di SMA Luar Biasa Tuna Rungu Yayasan Santi Rama. ”Belajar Bahasa Indonesia,” jawab Dara dengan cara bicara patah-patah ketika ditanya Nuh.

Meski kaget, Dara dan temannya, Anie Kusumowati, bersemangat menjawab pertanyaan-pertanyaan Nuh. ”Bahasa Inggris sulit. Matematika biasa,” kata Dara. Anie juga mengaku sulit belajar Bahasa Inggris meski sudah belajar setiap hari.

Direktur Pendidikan Khusus dan Pelayanan Khusus Kementerian Pendidikan Nasional Mudjito menjelaskan, anak-anak berkebutuhan khusus diberikan kebebasan memilih melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi atau masuk dunia kerja.

Khusus untuk UN, kata Mudjito, bobot soal untuk SMALB disesuaikan dengan kemampuan murid yang berbeda. Nilai standar kelulusannya sama, hanya adaptasi tingkat kesulitan soalnya saja yang disesuaikan.

”Waktu ujiannya lebih lama jika dibandingkan dengan sekolah umum,” kata Mudjito ketika mendampingi Mohammad Nuh berkunjung ke sekolah tersebut, Senin (18/4).

Perhatian khusus

Pendidikan khusus seperti di SLB membutuhkan perhatian dan penanganan khusus dengan biaya yang khusus pula. ”Ada beasiswa Rp 750.000 per tahun untuk setiap anak dan Rp 2,5 juta per tahun per anak khusus untuk anak autis. Jumlahnya lebih besar untuk autis karena ada biaya terapinya,” kata Nuh.

Nuh juga mengingatkan SLB harus menumbuhkan kepercayaan diri, mengembangkan keterampilan hidup, dan menyiapkan akses ke dunia kerja atau jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Untuk membuka akses pendidikan tinggi bagi anak berkebutuhan khusus, Nuh mengimbau perguruan tinggi untuk membuka program pendidikan inklusi seperti halnya sekolah inklusi di pendidikan dasar. ”Jangan sampai mereka kita didik dengan berbagai keterampilan hidup, tetapi aksesnya kita tutup,” ujarnya. (LUK)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com