”Idealnya ada dana bantuan dari APBD. Namun, kami tidak terlalu berharap sehingga biaya penyelenggaraan UN kami anggarkan di sekolah,” kata Suardi, Kepala SMAN 1 Samarinda yang hadir dalam acara pelepasan pelajar Indonesia ke ajang kompetisi penelitian dunia di Jakarta, Kamis (21/4).
Wakil Kepala SMKN 15 Bandung Asep Tapip mengatakan, setiap tahun pencairan dana
Besarnya biaya UN berkisar Rp 5 juta tiap sekolah, tergantung jumlah siswa. Dana itu dipakai untuk membayar pengawas, panitia, alat-alat tulis kantor, dan sebagainya.
Menurut Apip, sebenarnya kebutuhan pelaksanaan UN bisa empat sampai lima kali lipat
”Sekolah tinggal lapor ke komite sekolah untuk bisa memenuhi kebutuhan dana UN mulai dari persiapan, pemantapan, rapat, hingga pelaksanaan. Jadi, yang katanya pemerintah menanggung biaya UN itu cuma di atas kertas. Kenyataannya, sekolah yang membiayai,” kata Apip.
Berbeda dengan daerah lain, Sonny Sihite, Kepala SMKN 27 Jakarta, mengatakan dana bantuan UN dari pemerintah daerah dan pusat sudah diterima
Iwan Hermawan, Sekretaris Jenderal Federasi Guru Independen Indonesia (FGII), mengatakan, biaya UN nyatanya
”Pemerintah maunya pelaksanaan UN baik dan sempurna, tetapi anggaran yang diberikan untuk sekolah minim dan tidak pernah tepat waktu,” ujar Iwan. Padahal, dalam ketentuan
Secara terpisah, dari Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, dilaporkan, dari 40 siswa yang tidak mengikuti UN, hanya tiga orang yang akan ikut UN susulan. Sebanyak 37 siswa lainnya tidak akan mengikuti UN susulan karena sudah bekerja, menolak ikut, dan sulit dihubungi.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Temanggung Tri Marhaen Suhardono mengatakan, dari 13 siswa yang tidak mengikuti UN, hanya dua orang yang akan mengikuti UN susulan.