Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Modus Perekrutan, Korban Diminta Jadi Responden

Kompas.com - 27/04/2011, 13:51 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Kelompok Negara Islam Indonesia (NII) selalu menyasar para mahasiswa yang baru memasuki jenjang perkuliahan. Modus perekrutannya juga sama, dengan menawarkan korban menjadi responden penelitian. Setidaknya, hal itu diungkapkan korban perekrutan NII, seperti dituturkan Sulaiman (24). Ia pernah dua kali direkrut, yakni pada tahun pertama dan tahun terakhir ia berkuliah di Universitas Indonesia.

"Modusnya dua-duanya sama. Minta tolong isi kuesioner survei," kata Sulaiman ketika dihubungi Kompas.com, Selasa (26/4/2011) malam.

Ia menuturkan, pada perekrutan pertama, Sulaiman dimintai tolong oleh teman SMA-nya untuk mengisi kuesioner penelitian. Kemudian, mereka bertemu di sebuah mushala. Anehnya, kata Sulaiman, temannya itu tidak membahas soal kuesioner sama sekali. "Dia ngakunya lupa bawa lembar survei," ucapnya.

Temannya itu malah mengajak Sulaiman berdiskusi tentang Pancasila. "Dia tanya menurut saya Pancasila sah gak sih. Saya jawab, menurut saya sah, " ujarnya.

Selanjutnya, sang teman memperkenalkan Sulaiman dengan seorang temannya. Menurut teman SMA Sulaiman, seseorang yang diperkenalkan itu akan mempresentasikan hasil seminar yang didapatnya di Singapura tentang Pancasila. "Terus, temannya itu datang ke masjid, bawa laptop, dia presentasi," lanjut Sulaiman.

Dalam presentasinya, lelaki teman dari teman SMA Sulaiman itu menggunakan dalil-dalil Al Quran. Untungnya, kata Sulaiman, ia juga membaca ayat Al Quran yang sama. Merasa tidak sependapat dengan penafsiran lelaki itu, Sulaiman mendebatnya. Hingga akhirnya, saat baru mempresentasikan beberapa slide, lelaki itu pergi.

"Tiba-tiba dia pura-pura terima telepon, pergi, alasannya bokapnya minta dijemput. Teman SMA saya juga pergi," tambahnya.

Belakangan, Sulaiman tahu bahwa teman SMA-nya tersebut dikabarkan telah bergabung dengan NII. Lebih jauh Sulaiman menceritakan, pada perekrutan kedua, sekitar tahun 2008, ia juga diminta mengisi kuesioner oleh orang yang baru dikenalnya. Orang itu mengaku mahasiswa Ilmu Keperawatan. Karena memiliki pengalaman serupa, Sulaiman lebih waspada.

"Tetapi yang ini lebih ilmiah, ada surveinya, ada kuesionernya. Saya curiga ini NII, tapi saya terusin, pengen tahu saja," tuturnya.

Orang yang mengaku mahasiswa psikologi itu menanyakan pertanyaan di luar kuesioner, misalnya apakah ia  sering mengikuti pengajian, aktif di organisasi Islam atau tidak, dan apakah memiliki saudara TNI atau polisi.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com