Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meski Mahal, Tetap Diburu...

Kompas.com - 03/05/2011, 14:55 WIB

KOMPAS.com — Uang pangkal yang hampir tak beda dengan perguruan-perguruan tinggi swasta, di kisaran Rp 5 juta-Rp 50 juta, saat ini tak menyurutkan niat masyarakat berburu perguruan tinggi negeri (PTN). Kampus favorit dengan kisaran uang pangkal hingga Rp 80 juta atau untuk kedokteran bisa mencapai Rp 200 juta tetap dibanjiri peminat.

"Soalnya, lulusan dari PTN lebih dilirik ketika mencari kerja. Biarpun pesaingnya berat, ya, pasti akan saya coba," kata Rahmania (17), siswa SMAN 79 Jakarta.

Demi bisa meraih kursi di PTN, kebanyakan siswa kelas III SMA dan sederajat sudah bergabung dengan bimbingan belajar jauh-jauh hari. Mereka tidak hanya dibekali persiapan untuk lulus ujian nasional (UN), tetapi juga tips untuk tembus seleksi nasional masuk PTN (SNMPTN) maupun seleksi jalur mandiri.

Jika ingin tembus PTN, mesti berhitung cermat soal daya saing. Semakin favorit suatu kampus dan program studi, pesaing semakin berat. PTN seperti Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Airlangga (Unair), dan Institut Pertanian Bogor (IPB) termasuk yang paling diminati. Kampus-kampus di luar Pulau Jawa juga diburu untuk mengejar peluang kuliah di PTN. Untuk tahu gambaran persaingan tahun sebelumnya, bisa dicek di situs web resmi SNMPTN, yakni www.snmptn.ac.id.

Di tiap kampus juga ada data daya tampung dan peminat tahun lalu. Fakultas kedokteran, misalnya, termasuk diminati sehingga daya saingnya cukup tinggi. Program studi akuntansi juga contoh jurusan yang dibanjiri peminat.

Hingga tahun lalu, banyak PTN mengurangi kuota penerimaan mahasiswa baru lewat SNMPTN. Namun, mulai 2011, pemerintah mewajibkan PTN menerima mahasiswa baru lewat SNMPTN minimal 60 persen.

Pola penerimaan di PTN yang berubah ini membuat siswa kelas III SMA lebih bisa konsentrasi pada UN. Mereka tidak disibukkan mencoba-coba seleksi masuk mandiri yang dibuka setiap PTN, yang biaya kuliahnya umumnya lebih mahal daripada jalur SNMPTN.

Ketua Umum Panitia SNMPTN 2011 Herry Suhardiyanto mengatakan, seleksi nasional yang diikuti 60 PTN itu dilaksanakan lewat jalur undangan atau jalur tanpa tes dan jalur ujian tertulis. Tersedia 165.034 kursi, dengan perincian jalur undangan 53.850 kursi atau 33 persen dan jalur ujian tertulis/keterampilan 111.184 kursi atau 67 persen.

Jalur undangan hanya bisa diikuti siswa-siswa berprestasi yang direkomendasikan sekolah. Panitia SNMPTN menetapkan kuota peserta berdasarkan akreditasi sekolah.

Sekolah dengan akreditasi A dengan jenis kelas akselerasi bisa mengikutsertakan semua siswa. Yang terakreditasi A dengan jenis kelas RSBI/unggulan bisa mengirimkan 75 persen siswa terbaik di sekolah tersebut. Sementara sekolah terakreditasi A dengan jenis kelas reguler diberi kuota 50 persen dan sekolah berakreditasi B mendapatkan jatah 25 persen. Sementara sekolah berakreditasi C hanya mendapat kuota 10 persen terbaik.

Adapun jalur ujian tertulis terbuka buat semua siswa. Mereka bisa memilih kelompok ujian IPA/IPS dengan harga formulir Rp 150.000 atau IPC yang harga formulirnya Rp 175.000.

Pendaftaran secara online dibuka pada 2-24 Mei. Pendaftaran dilakukan secara online di situs resmi SNMPTN. Panitia menggandeng Bank Mandiri dalam melakukan pembayaran.

Seleksi mandiri

Meski pemerintah mewajibkan PTN menganakemaskan jalur SNMPTN dalam seleksi penerimaan mahasiswa baru, kampus tetap diberi hak menyelenggarakan seleksi mandiri. Seleksi mandiri boleh dilaksanakan asalkan setelah SNMPTN.

Untuk mengetahui jalur-jalur mandiri yang digelar setiap PTN, calon mahasiswa bisa mencari informasi di situs resmi kampus pilihannya. Di kanal pendaftaran atau seleksi, ada penjelasan rinci soal jenis-jenis seleksi mandiri dan syarat-syaratnya hingga biaya kuliah.

Setiap PTN bisa punya lebih dari dua tes masuk secara lokal/mandiri. Ada yang lewat penjaringan siswa berprestasi dengan melihat nilai rapor dan lewat jalur tertulis. Pelaksanaan tes juga tidak terbatas di kota tempat kampus berada. Kampus-kampus ternama, misalnya, menggelar pendaftaran dan tes di beberapa kota besar di Indonesia sehingga memudahkan calon mahasiswa untuk ikut seleksi mandiri di lokasi yang dekat dengan domisilinya.

UI, sebagai contoh, punya tujuh jalur mandiri. Seleksi Masuk UI (Simak) termasuk jalur mandiri yang diminati banyak calon mahasiswa. Jalur mandiri seperti kemitraan daerah atau kerja sama industri juga marak ditawarkan. Calon mahasiswa bisa disponsori pemerintah daerah, perusahaan, maupun perorangan dermawan untuk bisa ikut seleksi ini.

Selain itu, kelas internasional di PTN, yang menjadwalkan kelas khusus dengan bahasa pengantar bahasa Inggris, juga menjamur. Jalur mandiri ini ada yang menjadwalkan gelar ganda dari kampus di luar negeri.

Penerimaan mahasiswa lewat jalur kemitraan daerah, industri, maupun internasional termasuk jalur mandiri berbiaya tinggi. Jalur ini harganya puluhan hingga ratusan juta rupiah.

Seleksi mandiri setiap PTN mulai tahun ini dipatok maksimal 40 persen. Ke depan, seleksi mandiri bisa saja berkurang. Sebab, Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh mewanti-wanti tidak akan memberikan insentif bagi kampus yang mendapatkan pemasukan besar dari mahasiswanya. (ESTER LINCE NAPITUPULU)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com