Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"No Pain No Gain"

Kompas.com - 04/05/2011, 15:09 WIB
EditorLatief

Oleh Lukas Setia Atmaja

KOMPAS.com - Studi di luar negeri adalah impian banyak orang, termasuk saya 20 tahun silam. Saya termasuk beruntung karena saat itu memperoleh beasiswa dari Pemerintah Indonesia untuk melanjutkan studi di jenjang strata dua (S-2) di Amerika Serikat (AS).

Jalur yang saya ambil saat itu adalah melalui jalur akademisi. Artinya, saya menjadi dosen di sebuah perguruan tinggi dengan harapan mempertinggi probabilitas memperoleh beasiswa dari berbagai sumber.

Biasanya, seorang dosen memang lebih diprioritaskan untuk memperoleh beasiswa studi lanjut S-2 dan terutama S-3. Pihak yang menawarkan beasiswa adalah pemerintah, Indonesia ataupun asing. Kebanyakan yang memperoleh beasiswa tersebut adalah dosen, PTN ataupun PTS, pegawai negeri di departemen pemerintah, serta anggota lembaga swadaya masyarakat.

Delapan tahun silam saya kembali memperoleh beasiswa untuk melanjutkan studi di jenjang S-3. Kali ini dari Australian Development Scholarship (ADS). Ini adalah beasiswa dari Pemerintah Australia dan tanpa ikatan sama sekali. Penerimanya hanya diwajibkan keluar dari Australia selama dua tahun setelah lulus sebelum diizinkan untuk aplikasi sebagai permanent resident (PR) di Australia.

ADS ini terbuka juga buat mereka yang tidak berprofesi sebagai dosen atau pegawai negeri. Adapun beasiswa untuk studi di AS ditawarkan oleh Fulbright Foundation, sedangkan untuk studi di Inggris ada Chevening Scholarship dari Pemerintah Inggris (untuk program S-2).

Untuk Singapura, pemerintah negara itu cukup rajin menawarkan beasiswa, baik sebagian (untuk program S-1) maupun penuh (untuk program S-2 dan S-3). Untuk Jerman ada DAAD Scholarship dari Pemerintah Jerman.

Sumber lain adalah langsung mencari beasiswa di universitas di luar negeri. Umumnya, universitas di sana menawarkan beasiswa untuk jenjang S-3 (doktoral). Maklumlah, tidak banyak orang yang "nekat" mengambil program doktoral.

Program studi yang kurang populer biasanya lebih banyak menawarkan beasiswa. Banyak yang mengeluh sulit sekali mencari beasiswa untuk mengambil Program Magister Manajemen (Master of Business Administration). Sudah barang tentu sulit karena ini adalah program yang sangat populer.

Penulis adalah akademisi di Prasetya Mulya Business School, Jakarta)

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    27th

    Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

    Syarat & Ketentuan
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
    Laporkan Komentar
    Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Verifikasi akun KG Media ID
    Verifikasi akun KG Media ID

    Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

    Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

    Lengkapi Profil
    Lengkapi Profil

    Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+