Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PHOTO STORY: Ziarah Paskah di Larantuka

Kompas.com - 06/05/2011, 10:49 WIB

KOMPAS.com — Doa dan kidung pujian sayup-sayup membelah malam di Larantuka, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur. Di dalam kapel, umat Katolik bersenandung sambil duduk menakzimkan Tuan Ma, sebutan untuk Bunda Maria oleh orang Larantuka. Bau dupa dan cahaya lilin membuat suasana Kamis Putih malam itu bertambah sakral.

Ziarah Paskah di Larantuka
Foto: Fikria Hidayat/KOMPAS images

Tidak jauh dari kapel, di Gereja Katedral, umat melakukan sakramen ekaristi dengan menerima hosti (roti simbol tubuh Yesus Kristus). Umat bersimpuh ketika petugas liturgi membunyikan mataraka (alat-alat bunyian dari kayu yang dibunyikan dengan cara diputar) sebagai tanda Yesus Kristus ditangkap.

Bunyi tersebut menandakan pula lonceng gereja tidak dibunyikan sampai malam Paskah. Hal ini untuk menandai masa berkabung pada saat Yesus Kristus ditangkap, mengalami penderitaan siksaan, dan disalibkan.

Ziarah Paskah di Larantuka
Foto: Fikria Hidayat/KOMPAS images

Jumat pagi, ratusan orang, termasuk para peziarah yang datang dari berbagai daerah di Indonesia, mengiringi Tuan Menino atau Bayi Yesus yang dibawa menggunakan perahu dari Kapela Tuan Menino di Sarotarike menuju Pantai Kuce, untuk selanjutnya diusung bersama Tuan Ma menuju Gereja Katedral.

Sejak pagi itulah suasana kota terasa begitu kudus. Senandung ratapan tanda kedukaan atas wafatnya Yesus dilantunkan sambil berkeliling kota sejak malam hingga dini hari.

Ziarah Paskah di Larantuka
Foto: Fikria Hidayat/KOMPAS images

Ziarah Paskah di Larantuka
Foto: Fikria Hidayat/KOMPAS images

Dua hari penting itu menjadi bagian dalam Pekan Suci atau Semana Santa. Orang Larantuka (orang Nagi) juga menyebutnya sebagai Hari Bae yang sudah ada sejak lima abad silam di bagian timur Pulau Flores tersebut.

Semana Santa dimulai dari Minggu Palem sampai Minggu Paskah. Puncak ritual pada saat Jumat Agung. Ritual ini tergolong tua karena pengaruh kolonialis Portugis pada tahun 1599.

Hingga kini, hampir semua mulai dari ornamen dan perlengkapan yang digunakan dalam pelaksanaan prosesi Jumat Agung adalah warisan Portugis. Bahkan, doa dan kidung pujian menggunakan bahasa Portugis.

Foto lengkap di: KOMPAS IMAGES

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com