Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengganjal Lulus UN

Kompas.com - 21/05/2011, 03:51 WIB

Jakarta, Kompas - Matematika dan Bahasa Indonesia menjadi penyebab utama kegagalan siswa pada ujian nasional jenjang SMA/MA/SMK tahun 2011. Dari 11.443 siswa yang gagal, 2.392 siswa (51,44 persen) gagal pada mata pelajaran Matematika, sedangkan 1.786 siswa (38,43 persen) gagal pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.

”Kami belum tahu kenapa, masih kami analisis,” kata Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh di Jakarta, Jumat (20/5).

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional Mansyur Ramly menduga siswa kurang cermat membaca soal-soal Bahasa Indonesia. Mayoritas soal adalah soal cerita. Siswa diduga kurang memahami konteks persoalan dalam materi ujian.

”Mungkin kebiasaan membaca siswa kurang. Apalagi membaca cepat. Soal-soalnya mirip tahun lalu, seharusnya tidak sulit,” kata Mansyur. Kalau dugaan itu benar, guru diharap mengajarkan anak terbiasa membaca dan memahami konteks.

Pada UN kali ini, 5 sekolah (total 147 siswa) tingkat kelulusannya nol persen, yakni SMA Abadi, Jakarta Utara (7 siswa), SMAN 3 Kabupaten Simeulue, Aceh (26 siswa), MA Nurul Ikhlas Kabupaten Tanjung Jabung, Jambi (2 siswa), SMA LKMD Kian Darat Kabupaten Seram Timur, Maluku (48 siswa), dan SMAN Urei Fasei Kabupaten Waropen, Papua (64 siswa).

Kelimanya akan diperlakukan khusus. Bila tak digabung dengan sekolah lain, akan ada penguatan dengan meningkatkan kualitas sekolah dan guru. 'Tidak ada sekolah ditutup meski 100 persen siswanya tak lulus,” kata Nuh.

Tahun lalu perlakuan khusus diberikan kepada 100 kabupaten/kota dengan tingkat kelulusan UN nol persen. Nuh mengaku ada perbaikan kualitas pada sekolah-sekolah itu.

Perbesar peran sekolah

Pada dialog interaktif ”Menelaah UN” yang diadakan Dewan Perwakilan Daerah dikemukakan, evaluasi kelulusan jangan ditekankan pada kognitif, tetapi juga aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Peran sekolah menentukan kelulusan harus mendapat porsi yang semakin besar. ”UN jangan jadi proses evaluasi yang menimbulkan ketidakadilan. Saya akan perjuangkan porsi nilai sekolah jadi 60 persen,” kata Reni Marlinawati, anggota Komisi X DPR. Tahun ini 40 persen.

Edi Subkhan dari Koalisi Pendidikan mengatakan, pendidikan Indonesia akan meningkat kualitasnya dengan fasilitas pendidikan memadai, guru berkualitas, dan manajemen sekolah yang baik. ”Bukan dengan menaikkan standar kelulusan UN yang membuat praktik-praktik pragmatis berkembang di sekolah, seperti adanya drilling dan try out agar lulus UN,” kata Edi.

Dari Temanggung, Jawa Tengah, data nilai sekolah 10 siswa yang dinyatakan tak lulus UN akan divalidasi ulang. Ada nilai yang tidak masuk pada 10 siswa SMK YP 17 itu. (LUK/ELN/EGI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com