”Karena rendahnya pendidikan tenaga migran asal Indonesia, posisi tawar mereka rendah,” kata Rektor Universitas Terbuka (UT) Tian Belawati di sela-sela wisuda yang diikuti sekitar 2.500 wisudawan, Selasa (24/5) di Kampus UT, Tangerang.
Menurut Tian, untuk meningkatkan posisi tawar tenaga migran, kualifikasi pendidikan mereka harus ditingkatkan. Salah satunya melalui jenjang pendidikan tinggi.
Jika posisi tawar tenaga kerja migran naik, kata Tian, mereka akan memiliki keberanian untuk mempertahankan hak-haknya. Selain itu, jika sudah memiliki gelar sarjana, tenaga kerja migran juga diharapkan memiliki pilihan profesi atau pekerjaan yang lebih luas.
Untuk melayani warga negara Indonesia yang berdomisili di luar negeri, termasuk tenaga kerja migran, UT sudah membuka layanan di Arab Saudi, Singapura, Malaysia, Hongkong, dan Korea Selatan. Pada tahun 2011, UT akan membuka layanan di Taiwan dan Yunani. Sampai saat ini tercatat sedikitnya 500 mahasiswa UT yang berdomisili di luar negeri yang sebagian besar tenaga kerja migran.
”Dalam dua tahun terakhir, jumlah mahasiswa naik dua kali lipat. Awalnya hanya 150-200 mahasiswa. Mereka lebih
Selain layanan pendidikan tinggi bagi tenaga kerja migran, UT juga akan memperluas jangkauan ke daerah-daerah transmigrasi melalui program Pendidikan Jarak Jauh di kawasan Kota Terpadu Mandiri.
Ini merupakan realisasi penandatanganan perjanjian kerja sama antara Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi dengan UT yang ditandatangani pada tahun 2010.
Belum keterampilan
Pembantu Rektor III Universitas Terbuka Hasmonel mengatakan, UT belum memfokuskan pendidikan pada pengembangan keterampilan, seperti tenaga perawat, pustakawan, atau teknisi bagi tenaga migran di luar negeri. Ini disebabkan tidak mudah mengelola tenaga-tenaga terlatih di luar negeri.
UT, kata Hasmonel, mengembangkan sistem pembelajaran yang bisa meningkatkan wawasan dan daya nalar mahasiswa. Karena itu, UT mengembangkan jurusan ilmu pemerintahan, ekonomi, manajemen, dan ilmu-ilmu lainnya.
Dari hasil evaluasi terhadap lulusan UT, kata Hasmonel, mereka yang bekerja di luar negeri meningkat posisi kariernya, baik yang bekerja di perusahaan swasta maupun di kedutaan besar Indonesia.