JAKARTA, KOMPAS.com — Pembelajaran yang terjadi di sekolah harus mulai berubah untuk menyiapkan generasi masa depan bangsa yang siap menyongsong abad XXI. Karena itu, guru, institusi pendidikan, dan pemerintah perlu mengubah paradigma mengenai pendidikan dan siap menerima perubahan dalam proses pengajaran dan pembelajaran di sekolah.
Pendidikan akan semakin penting dalam membangun kapasitas individu untuk menciptakan ilmu pengetahuan. Namun, kita harus berubah dalam menyelenggarakan pendidikan.
"Proses pembelajaran harus mampu membangun kapasitas siswa untuk memiliki kemampuan belajar mandiri dan sepanjang hayat, inovatif, dan berkarakter," kata Saravanan Gopinathan, guru besar dari National Institute of Education Singapura, dalam seminar bertajuk "A New Landscape in Teaching and Learning" yang dilaksanakan Sampoerna School of Education di Jakarta, Rabu (25/5/2011).
Gopinathan menambahkan, perlu memosisikan kembali sekolah, guru, dan pembelajaran supaya pendidikan yang dilaksanakan pada masa kini benar-benar tepat untuk menyiapkan generasi masa depan.
Karena itu, kualitas pembelajaran harus menjadi fokus utama, antara lain untuk menyiapkan generasi yang mampu mengkritik, mengaplikasikan ilmu pengetahuan untuk memecahkan masalah, serta menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk belajar mandiri.
Termasuk juga dalam evaluasi atau penilaian, Gopinathan mengatakan, tujuan utamanya bukan untuk mendapat nilai baik. Namun, evalaluasi ini penting untuk mengetahui bagaimana kapasitas tiap individu.
"Tetapi sayang, banyak guru yang belum paham soal evaluasi. Padahal, dengan banyaknya data dari hasil evaluasi, bisa jadi pegangan untuk membantu siswa lebih berkembang lagi," ujar Gopinathan.
Gopinathan mengingatkan, dalam era globalisasi ini, pendidikan yang mengutamakan pembentukan karakter dan penanaman nilai-nilai tidak bisa diabaikan. Bahkan, karakter dan nila-nilai yang diyakini di suatu negara jangan sampai hilang. "Guru berperan besar untuk bisa menanamkan karakter dan nilai-nilai, bahkan yang tradisional sekali pun," papar Gopinathan.
James Graham mengatakan, praktik-praktik pendidikan di sekolah selama ini justru menghilangkan keindividuan seseorang. Bahkan, sekolah menjadi pengontrol supaya siswa menjadi seperti yang dibutuhkan pasar kerja.
"Padahal, dalam banyak penelitian kini berkembang perlunya belajar yang berbeda dari tiap individu. Pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi tiap individu akan semakin berkembang," kata James.
Dalam perubahan pendidikan dewasa ini, memang konflik tidak bisa terhindarkan, antara kepentingan orangtua, siswa, sekolah, dan pasar kerja. Di sinilah pendidik harus mampu bernegosiasi untuk bisa mengakomodasi berbagai tuntutan yang belum tentu sama di antara banyak pihak.
Sementara itu, Paulina Pannen, Dekan Sampoerna School of Education, mengatakan, guru pada abad ke-21 diperhadapkan pada tantangan baru untuk memiliki pemahaman yang lebih baik tentang pengajaran dan pembelajaran yang terpadu dan interdisipliner.
Selain itu, guru juga dituntut untuk mengenali dan menyadari perkembangan globalisasi, menguasai keterampilan khusus, terutama teknologi, serta memfokuskan pada kebutuhan individu tiap siswanya.
"Pendidik kita perlu memiliki paradigma baru bagi praktik pembelajaran di sekolah mereka dalam menghadapi abad ke-21," kata Paulina.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.