Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Subsidi Silang di RSBI

Kompas.com - 27/05/2011, 04:08 WIB

Jakarta, kompas - Sejumlah sekolah berstatus rintisan sekolah bertaraf internasional menerapkan sistem pembayaran subsidi silang kepada murid-muridnya. Langkah ini diambil untuk menutupi biaya operasional karena RSBI juga harus menampung siswa dari keluarga tidak mampu.

Meskipun sudah menerapkan subsidi silang, tetap saja siswa dari keluarga tidak mampu secara ekonomi kesulitan menikmati berbagai program yang disediakan rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI).

Berdasarkan pemantauan, Kamis (26/5), sejumlah SMP dan SMA/SMK berstatus RSBI memiliki program mandiri yang membutuhkan biaya besar, hingga jutaan rupiah. Misalnya, program kunjungan ke sekolah mitra di luar negeri dengan tujuan untuk memberikan kepada siswa wawasan internasional.

Nursyamsuddin, Humas SMAN 78 Jakarta, mengatakan, berkat sistem subsidi silang, siswa tidak mampu yang masuk RSBI tetap bisa menikmati semua layanan pendidikan.

”Program yang diselenggarakan dengan biaya mandiri hanya untuk siswa yang bersedia saja karena sekolah tidak mungkin menanggungnya,” katanya.

Di sekolah ini, siswa dikategorikan menjadi siswa RSBI dan siswa kelas internasional. Untuk siswa RSBI, siswa boleh memilih untuk ikut ujian bersertifikat internasional seperti Cambridge atau boleh juga tidak. Sebab, untuk satu mata pelajaran bersertifikat Cambridge bisa berkisar Rp 1 juta.

”Namun, siswa di kelas internasional harus mengikuti program tersebut. Siswa yang masuk kelas ini memang harus membayar biaya secara mandiri. Biayanya dipatok sama untuk tiap siswa sebesar Rp 24 juta per tahun,” kata Nursyamsuddin.

Firman Syah Noor, Wakil Kepala SMAN 3 Bandung, mengatakan, sekolah juga menyediakan program pertukaran pelajar dengan sekolah mitra. Sekolah yang bermitra dengan salah satu SMA di Singapura itu setiap tahun mengirimkan pelajar untuk tinggal dan belajar di Singapura.

”Semua biayanya ditanggung siswa. Karena itu, program ini hanya untuk siswa yang mau saja,” kata Firman.

Demikian juga dengan tes bersertifikat internasional, sekolah tidak memaksa. Firman mengakui masih sedikit siswa yang ikut tes bersertifikat internasional karena biayanya mahal sebesar Rp 750.000-Rp 1 juta tiap mata pelajaran. Ada lima mata pelajaran yang bisa bersertifikat internasional, yaitu Fisika, Kimia, Biologi, Bahasa Inggris, dan Matematika.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com