Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Sebetulnya Prioritas Kemdiknas?

Kompas.com - 01/06/2011, 15:41 WIB

KOMPAS.com - Agak aneh dan membingungkan melihat target yang ingin dicapai oleh Kementrian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) untuk melakukan pemerataan pendidikan, terutama jika dikaitkan dengan program wajib belajar (wajar) 9 tahun dan Nota Keuangan Kemdiknas Tahun 2011. Pasalnya, porsi anggaran terbesarnya justeru pada pendidikan tinggi, bukan pendidikan dasar dan menengah.

Tersebut dalam Nota Keuangan Kemdiknas Tahun 2011 itu adalah, besarnya anggaran yang dikucurkan Kemdiknas untuk pendidikan tinggi sebesar Rp 23.743 611 157. Sementara itu, program pendidikan TK dan pendidikan dasar hanya sebesar Rp 6.291.979.521, dan pendidikan menengah hanya Rp 3.189.750.300.

Pertanyaannya, dengan melihat nota keuangan pendidikan tinggi mendapatkan porsi terbesar ini, analisa apa yang dilakukan oleh Kemdiknas? Bagaimana prioritas Kemdiknas terhadap Wajar? Apa kabar pengembangan pendidikan kejuruan di SMK yang konon diprioritaskan? 

Berdasarkan catatan Kompas.com, penurunan peringkat Indonesia dalam indeks pembangunan pendidikan untuk semua (Education for All) tahun 2011, salah satunya disebabkan tingginya angka putus sekolah di jenjang sekolah dasar. Sebanyak 527.850 anak atau 1,7 persen dari 31,05 juta anak SD putus sekolah setiap tahunnya.

Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa Bangsa (UNESCO) merilis indeks pembangunan pendidikan (education development index) dalam EFA Global Monitoring Report 2011. Peringkat Indonesia turun pada posisi ke-69 dari 127 negara. Bahkan, pada 2010 lalu Indonesia ada di posisi ke-65.

Berdasarkan empat indikator penilaian, penurunan drastis itu terjadi pada nilai angka bertahan siswa hingga kelas V SD. Pada laporan terbaru nilainya 0,862, sedangkan tahun 2010 mencapai 0,928. Indikator lain, angka melek huruf pada usia 15 tahun ke atas juga tak beranjak signifikan.

Anak-anak putus sekolah usia SD bahkan dikhawatirkan kembali bermasalah dalam baca dan tulis. Jika digabung dengan siswa SD yang tak bisa melanjutkan ke jenjang SMP, siswa yang hanya mengenyam pendidikan SD bertambah. Lulusan SD yang tak dapat ke SMP tercatat 720.000 Siswa (18,4 persen) dari lulusan SD tiap tahunnya.

Putus sekolah di jenjang SD itu umumnya terutama diakibatkan oleh faktor ekonomi. Ada anak yang belum pernah sekolah, tak sedikit yang putus di tengah jalan karena ketiadaan biaya.

Makin besar, makin mahal

Kemdiknas, rasanya, memang tak pernah kesulitan dalam mengajukan anggaran dana. Hal itu terlihat dari postur anggaran pendidikan pada periode-periode sebelumnya dan akan datang, yaitu untuk tahun 2009 sampai 2012 yang selalu mengalami peningkatan secara signifikan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com