Jakarta, Kompas -
Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh menyadari betul harapan pemerintah, tokoh politik, dan tokoh masyarakat yang meyakini pendidikan sebagai cara yang efektif untuk mempertahankan Pancasila.
”Memang penting untuk menyebutkan adanya pelajaran Pancasila, membuat para siswa hafal dan paham nilai-nilai Pancasila. Tapi sasaran kita bukan hanya di mata pelajaran. Hasilnya itu yang utama, di dalam kelas dan menjadi budaya sekolah,” kata Nuh.
Menurut Nuh, telah ada komitmen bersama yang menguat supaya Pancasila dipertahankan. ”Dari hasil survei menunjukkan, cara paling efektif melalui dunia pendidikan,” kata Nuh.
Nuh mengatakan, tuntutan tersebut tidak sekadar mengganti nama Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) yang di dalamnya sudah ada Pancasila. ”Persoalan yang mendasar justru harus dilakukan reaktualitasi dan revitalisasi terhadap Pancasila,” kata Nuh.
Nuh mengatakan, penguatan kembali nilai-nilai Pancasila dalam segala sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara perlu menjadi pemikiran bersama semua komponen bangsa. Ini untuk menghindari pemaknaan Pancasila dimonopoli kelompok tertentu.
Pancasila yang diyakini sebagai ideologi bangsa mesti mampu menjawab tantangan zaman. Karena itu, harus dilakukan reaktualisasi.
Nuh mengatakan, pemerintah sedang menyiapkan penguatan kembali mata pelajaran Pancasila di sekolah. Namun, fokus utamanya adalah penguatan nilai-nilai Pancasila dalam budaya sekolah.
Pakar pendidikan Arief Rachman menegaskan, Pancasila harus secara terstruktur ditanamkan kepada anak-anak. Nilai-nilai dalam kelima sila Pancasila itu mesti ada dalam kurikulum.
Arief menambahkan, penguatan pendidikan Pancasila dilakukan secara kultural melalui pembiasaan. Sekolah harus membudayakan butir-butir Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. ”Harus ada budaya sekolah. Ada pembiasaan kejujuran, keberadaban kepada manusia, sayang binatang, dan musyawarah. Dibiasakan bukan diajarkan,” tutur Arief.
Secara terpisah, Sulistiyo, Ketua Umum Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) mengatakan, pendidikan semestinya dipandang sebagai bagian utama dari strategi perjuangan mewujudkan cita-cita kemanusiaan, kebangsaan, dan kemerdekaan Indonesia. Karena itu, pendidikan harus dipastikan fungsional.
”Kita harus yakin nilai-nilai yang hidup selama ini dalam Pancasila dapat membentuk karakter generasi muda Indonesia yang sesuai dengan jati diri bangsanya,” kata Sulistiyo.
Pemerintah, masyarakat, dan para guru, sambung Sulistiyo, diminta untuk tidak memaknai pendidikan sekadar persekolahan yang mengajarkan membaca, menulis, dan berhitung kepada siswa.
”Langkah perbaikan dan penyelamatan bangsa ini ke depan sangat tergantung pada komitmen pemerintah untuk memprioritaskan pendidikan dan memuliakan guru,” kata Sulistiyo. Pendidikan juga menjadi kunci yang membawa kemajuan bangsa ini.
Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & Ketentuan