BALI, KOMPAS.com - Saat ini belum terbentuk sinergi yang maksimal dari beberapa institusi pemerintah, yaitu antara Kementrian Pendidikan Nasional (Kemdiknas), Kementrian Luar Negeri (Kemenlu), dan Dinas Imigrasi untuk menerbitkan student visa.
Hal ini menjadi salah satu hambatan bagi percepatan konsep Internasionalisasi Perguruan Tinggi (Internationalization of Higher Education) atau IHE.
Demikian diungkapkan oleh Direktur Kelembagaan dan Kerjasama Dikti Kemdiknas Achmad Jazidie dalam paparannya pada seminar dan workshop "Internationalisation on Higher Education: Challenges and Opportunities for Indonesian-Dutch Academic Collaboration" di Bali, Selasa (7/6/2011).
Untuk sementara, kata Jazidie, sebagai jalan keluarnya Dikti Kemdiknas tengah menyiapkan sistem administrasi online bagi pelajar asing yang ingin kuliah di Indonesia yang akan diluncurkan Agustus 2011 mendatang.
"Selain itu, saya rasa, kita harus meningkatkan peran penguatan kantor kelembagaan urusan internasional (PKKUI) di perguruan tinggi masing-masing," ujarnya.
Tahun lalu, dengan target meraih 33 kontrak kerjasama HEI, PKKUI memperoleh alokasi anggaran Dikti sebesar Rp 2,721 miliar, sedangkan tahun ini dengan target 50, PKKUI menerima budget sebesar Rp 2,5 miliar.
Sementara itu, Direktur Nuffic Neso Indonesia Marrik Bellen mengatakan perguruan-perguruan tinggi Indonesia perlu membangun dan memperkuat forum yang berkesinambungan untuk saling memahami dan berbagi tentang manfaat dari kerjasama internasionalisasi pendidikan tinggi, salah satunya dengan Belanda. IHE saat ini telah menjadi "hot issue" di dunia, termasuk Indonesia.
"Apalagi beberapa perguruan tinggi Indonesia sudah masuk jajaran rangking dunia, daya tariknya tinggi sekali. Tapi tentu saja, konsep internasionalisasi ini harus ada benefit bagi kedua belah pihak. Kerjasama tidak akan terjadi kalau tidak ada saling menguntungkan," ujarnya.
Hanya, lanjut Marrik, memang agak sulit bagi Indonesia untuk menerapkan konsep IHE secara sekaligus mengingat jumlah perguruan tingginya mencapai sekitar 3.000.
Banyak perguruan tinggi yang mungkin belum siap menerapkannya saat ini meskipun potensi masing-masing berbeda dan punya keunggulan sendiri-sendiri.
"Ada beberapa potensi, banyak program-program studi yang menarik dan sumber daya manusia yang siap 'go internasional'. Ini hanya soal kesempatan dan kemauan, yaitu bagaimana mereka memulainya dengan keunggulan yang dimiliki itu. Kompleks sekali memang," tutur Marrik.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.