Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Visa Pelajar Asing Masih Sulit

Kompas.com - 08/06/2011, 03:10 WIB

Nusa Dua, Kompas - Belum adanya kebijakan pemerintah menerbitkan visa pelajar menyebabkan mahasiswa asing sangat kesulitan jika akan belajar di Indonesia. Padahal, banyaknya mahasiswa asing di Indonesia akan sangat menunjang internasionalisasi perguruan tinggi Indonesia.

Demikian salah satu persoalan yang mengemuka dalam workshop ”Internasionalisasi Pendidikan Tinggi: Tantangan dan Peluang Kerja Sama Indonesia- Belanda” yang berlangsung di Nusa Dua, Bali, mulai Selasa (7/6).

Kegiatan yang dihadiri sekitar 30 perwakilan perguruan tinggi negeri dan swasta Indonesia itu digagas Nuffic Neso Indonesia (lembaga perwakilan pendidikan tinggi Pemerintah Belanda) dan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional.

Achmad Jazidie, Direktur Kerja Sama dan Kelembagaan Ditjen Pendidikan Tinggi Kemdiknas, mengatakan, hingga saat ini harapan supaya Pemerintah Indonesia segera menerbitkan visa pelajar belum bisa terwujud. Padahal, Indonesia mulai gencar mempromosikan pendidikan tingginya ke luar negeri, termasuk dengan cara menyediakan beasiswa Pemerintah Indonesia bagi 750 mahasiswa asing.

”Soal visa pelajar, di luar kewenangan Kemdiknas. Mengurus visa untuk mahasiswa juga birokrasinya panjang dan berbelit- belit,” kata Achmad.

Yang dapat dilakukan pihaknya, kata Achmad, adalah penguatan kantor internasional di setiap perguruan tinggi. Tahun 2010, sebanyak 33 perguruan tinggi mendapat dukungan penguatan kantor internasional dengan dana Rp 2,7 miliar, sedangkan sekarang diperbanyak untuk 50 perguruan tinggi dengan dana Rp 2,5 miliar. ”Kantor internasional di tiap kampus inilah yang mengurusi perizinan belajar mahasiswa asing di Indonesia,” kata Achmad menjelaskan.

Berikan kemudahan

Marrik Bellen, Direktur Nuffic Neso Indonesia, mengatakan, untuk membuat internasionalisasi pendidikan tinggi Indonesia, pemerintah harus memberi kemudahan bagi mahasiswa asing, termasuk dalam hal izin belajar.

”Jika ingin menjadi pemain dalam internasionalisasi pendidikan tinggi, harus ada daya saing dan keunggulan, termasuk dalam administrasi izin belajar yang lebih mudah,” kata Marrik.

Tom Loran, Direktur Internasional ITC Universitas Twente, Belanda, mengatakan, internasionalisasi pendidikan terutama harus memberi manfaat bagi peningkatan kapasitas dan mutu di perguruan tinggi bersangkutan.

Achmad menambahkan, dalam internasionalisasi pendidikan tinggi, Indonesia juga perlu memperbanyak mahasiswa dan staf asing untuk belajar di Indonesia. ”Indonesia surga buat peneliti dan mereka yang ingin belajar di bidang vulkanologi, kelautan, hingga budaya,” katanya.

Marrik menekankan, dalam internasionalisasi pendidikan tinggi, setiap kampus harus memulai dari keunggulan yang dimiliki. Dengan jumlah perguruan tinggi Indonesia yang berjumlah lebih dari 3.000, potensi untuk mendatangkan mahasiswa asing sangat tinggi. (ELN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com