Berdasarkan pantauan Kompas di Perum Pegadaian Bandung, Jawa Barat, Kamis (9/6), transaksi sebulan terakhir naik 20-100 persen per hari dengan nilai nominal Rp 200 juta-Rp 350 juta per hari. Situasi serupa terpantau di Tegal, Semarang (Jawa Tengah) serta di Surabaya, Mojokerto, dan Banyuwangi (Jawa Timur).
Guna memperoleh pinjaman dana tunai tersebut, warga mengagunkan perhiasan emas, perabotan rumah tangga, terutama barang-barang elektronik, seperti radio, televisi, dan telepon genggam. Sebagian juga menjaminkan surat pemilikan kendaraan.
Atun (38), salah seorang nasabah di Tegal, mengaku menggadaikan emas untuk membeli kebutuhan sekolah bagi dua anaknya yang duduk di bangku SMP dan SD. Ia sengaja membeli kebutuhan sekolah lebih awal agar mendapatkan harga lebih murah karena biasanya mendekati tahun ajaran baru, harga kebutuhan sekolah melonjak.
Masrovi (34), warga Desa Benelan, Banyuwangi, mengaku menggadaikan televisi dan radio untuk biaya masuk anaknya
Achmad Qowim, Pimpinan Cabang Perum Pegadaian Banyuwangi, mengatakan, dalam satu hari, 500-600 warga datang untuk menggadaikan barang di 10 cabang Pegadaian di Banyuwangi. Nilai transaksi gadai pun naik menjadi Rp 19,2 miliar pada Mei lalu, padahal biasanya paling tinggi Rp 13 miliar.
Warga memilih Perum Pegadaian sebagai tempat mendapatkan dana pinjaman mengingat prosedurnya relatif mudah dan singkat. Cukup dengan menyerahkan fotokopi kartu tanda penduduk berikut barang jaminan, dana langsung cair sesuai nilai taksiran atas barang yang diagunkan tersebut.
Terhadap barang-barang agunan itu, Perum Pegadaian mematok masa pengembalian pinjaman empat bulan dengan bunga 8-9,6 persen.
Menurut Supriyono, juru taksir Perum Pegadaian Mojosari, Kabupaten Mojokerto, nasabah yang dilayaninya belakangan ini mendapatkan pinjaman dengan nilai bervariasi antara Rp 700.000 dan Rp 1,3 juta.