Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkat Modal dan Kecerdasan

Kompas.com - 17/06/2011, 02:37 WIB

Ketatnya persaingan dalam teknologi komunikasi informasi juga ikut mendorong terjadinya penggelembungan bisnis dot-com.

Daya tarik menggiurkan usaha dot-com adalah inter-relasi antara mimpi orang-orang muda dan akses pasar uang dalam jumlah masif, baik untuk pengadaan maupun penggunaannya. Selain kegagalan, juga ada kesuksesan, seperti ungkapan sebelum angka 1 selalu ada angka 0. Oleh René L Pattiradjawane

Para kapitalis ventura berani melalukan investasi dalam jumlah jutaan dollar AS ke perusahaan-perusahaan yang baru didirikan (start-ups). Kampanye pemasaran dot-com yang spektakuler menarik jutaan pemirsa dan lulusan perguruan tinggi mendadak jadi jutawan.

Bahkan, meski belum teruji, bisnis dot-com berani melakukan eksekusi penawaran perdana publik (initial public offering/ IPO) dengan harga saham membubung tinggi. Hal ini dilakukan Facebook, LinkedIn, ataupun raksasa Microsoft yang membeli Skype.

Para pengamat memperkirakan terjadi ledakan yang signifikan dalam bisnis digitalisasi— khususnya usaha dot-com—yang menjadi sentra dan daya tarik tersendiri. Ledakan dalam usaha dot-com ini bermunculan di tengah terjadinya akuisisi ataupun merger di antara berbagai perusahaan teknologi. Berbagai IPO bermunculan, melibatkan kapitalisasi yang sangat masif.

Pengamat industri teknologi komunikasi informasi melihat ini sebagai penggelembungan (bubble), mirip dengan apa yang terjadi dalam saham internet dan telekomunikasi pada tahun 2000. Pengamat pasar uang juga melihat usaha-usaha dot-com yang baru bermunculan masih memiliki prospek menggiurkan. Pasalnya, masih banyak perusahaan besar dengan dana masif seperti Microsoft yang ingin membeli perusahaan-perusahaan internet milik para pendiri awalnya.

Menggiurkan

Sejak awal berdirinya usaha dot-com, fenomena tersebut memang menjadi sifat yang melekat pada usaha jejaring internet. Ketika Microsoft membeli Hotmail (layanan jasa e-mail pertama paling populer di jaringan internet), banyak pengamat yang memperkirakan jasa e-mail ini memiliki prospek yang menggiurkan dan bisa menjadi tambang emas baru dalam menjalankan usaha dot- com.

Sekarang, Hotmail tidak lagi menjadi pergunjingan ataupun sentra aktivitas di jejaring internet. Banyak jasa e-mail gratis bermunculan, seperti Gmail atau Yahoo Mail, yang sangat populer. Semua jasa layanan e-mail ini tidak memiliki model bisnis yang bisa ditiru dan condong hanya menjadi pelengkap di jejaring internet.

Itulah sifat usaha dot-com, yaitu tidak memiliki landasan yang bisa menentukan mana usaha yang bisa menghasilkan uang dan mana usaha yang tidak menghasilkan uang. Jenis ekonomi baru berbasis pengetahuan dan jejaring digital menjadi polemik yang tidak mempunyai jawaban pasti dan solusi yang menjanjikan dalam pengembangan usaha.

Aplikasi Angry Birds buatan orang-orang di Finlandia dan diluncurkan tahun 2009 adalah contoh yang paling konkret. Ketika permainan yang menyandu ini diunduh di perangkat yang menggunakan sistem operasi Android, aplikasi permainan ini tidak berbayar dan jutaan orang pun mengunduhnya.

Sebaliknya, ketika Angry Birds ingin dimainkan di perangkat iPhone atau iPad buatan Apple Computer, para pemainnya harus membayar walaupun dalam jumlah kecil sekitar Rp 20.000. Hal yang sama juga berlaku untuk beberapa ponsel cerdas dengan komputer layar sentuh yang menggunakan sistem operasi lain.

Kekuatan transformasi

Menurut majalah Economist terbitan Inggris (edisi 14 Mei 2011), banyak usaha kapitalisasi pasar uang dan modal, bisnis dot-com, serta digitalisasi lainnya yang sekarang ini sedang menghadapi transformasi melalui kekuatan yang tidak ada pada tahun 2000, saat terjadi penggelembungan bisnis internet dan teknologi komunikasi informasi.

Setidaknya transformasi ini didorong oleh tiga faktor utama, yaitu kemajuan teknologinya sendiri, munculnya investor-investor baru, serta kebangkitan perusahaan internet China yang memberikan layanan bagi 1,3 miliar orang-orang di daratan China dengan menggunakan bahasa dan budaya berbeda dari dunia lainnya.

Teknologi komunikasi informasi memang berkembang dalam skala masif serta memiliki skala ekonomi yang jauh berbeda dari dekade sebelumnya. Selain itu, hukum Moore—yang menyebutkan jumlah transistor yang bisa dimasukkan ke dalam cip komputer akan meningkat dua kali lipat setiap 18 bulan—masih tetap berlaku.

Ponsel cerdas yang sekarang ada di pasaran atau komputer tablet yang sekarang semakin populer menjadi lebih cerdas, lebih bertenaga, dengan kelebihan lainnya dibandingkan sebuah komputer yang dibuat satu dekade lalu. Jumlah ponsel cerdas yang dipasarkan pun meningkat secara masif mencapai jumlah sekitar 600 juta unit pada tahun ini.

Sementara itu, ketatnya persaingan dalam teknologi komunikasi informasi juga ikut mendorong terjadinya penggelembungan bisnis dot-com. Dipelopori oleh para pemain lama, seperti Microsoft dan lainnya— yang bersaing dengan berbagai perusahaan, seperti Google, Cisco, ataupun Apple—berbagai teknologi jejaring internet serta kehadiran jejaring digital sosial menjadi rebutan siapa saja.

Selain para pemain industri, dorongan penggelembungan juga dilakukan oleh para investor yang memiliki pengalaman dan menjadi pengusaha kaya ketika usaha dot-com mengalami kerontokan pada tahun 2000. Mereka masih percaya dan tetap menjadi ”malaikat” yang mendorong perluasan bisnis dot-com serta menyediakan kapitalisasi dalam jumlah yang masif.

Serba China

Faktor China adalah refleksi dunia nyata yang sekarang memang melanda secara pesat dalam arus globalisasi. Tidak ada produk konsumen yang tidak dibuat di China. Akibatnya, pertumbuhan bisnis dot-com di daratan China dengan pasar konsumen terbesar di dunia mendorong perubahan yang terjadi di pasar modal. Penggunaan aksara China di pasar China (satu dari dua orang di dunia berbicara China dan membaca aksara China) pun memudahkan usaha dot- com diterima secara masif.

Berbagai usaha dot-com yang dikembangkan juga memiliki konsumen dan pengguna yang jumlah sangat besar. Lihat Indonesia. Lalu lintas pengguna Facebook ataupun Twitter di Indonesia berada pada posisi nomor dua atau nomor tiga di dunia. Usaha seperti Kaskus.com, misalnya, menjadi portal forum terbesar di dunia yang digunakan untuk berbagai aktivitas.

Kerontokan usaha dot-com mungkin saja terjadi ketika para investor secara agresif memberikan valuasi yang berlebihan di tengah resesi kawasan Amerika dan Eropa. Tetapi, di sisi lain dinamika usaha dot-com harus dipahami bersamaan dengan dinamika yang terjadi dalam dunia nyata.

Ketika pertumbuhan ekonomi dan perdagangan di suatu kawasan masih tetap fantastis dan mengundang decak kekaguman berbagai pemilik modal, selama itu juga usaha dot-com masih memiliki peluang dan berkembang lebih alami dibandingkan usaha sejenis di belahan Eropa atau Amerika. Pendekatan modal dan kecerdasan yang rasional akan menjadi penentu pertumbuhan tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com