Bahasa Sunda adalah bahasa cabang Melayu-Polinesia dalam rumpun bahasa Austronesia. Tak diketahui kapan bahasa ini lahir, namun ada bukti tertulis yang merupakan keterangan tertua, yakni prasasti abad ke-14 yang ditemukan di Kawali, Ciamis.
Ditulis pada batu alam dengan aksara dan bahasa Sunda (kuno). Diperkirakan, prasasti seperti ini ada beberapa buah dan dibuat semasa pemerintahan Prabu Niskala Wastukancana (1397-1475).
Menurut statistik Indonesia (2010), dari 38.965.440 penduduk Jawa Barat, hanya sekitar 25 juta orang menggunakan bahasa Sunda dalam keseharian.
Mungkin sebagian orang tak terlalu mengenal bahasa ini, namun jika kita telusuri lebih lanjut, bahasa Sunda memiliki beberapa fakta yang unik, yakni:
1. Dalam bahasa Sunda ada tujuh huruf vokal. Huruf vokal itu terdiri dari lima suara vokal murni (a, é, i, o, u) dan dua huruf vokal netral e (pepet) dan eu.
2. Dalam bahasa Sunda ada 18 huruf konsonan, yaitu: p, b, t, d, k, g, c, j, h, ng, ny, m, n, s, w, l, r, dan y.
Konsonan lain yang aslinya muncul dari bahasa Indonesia diubah menjadi konsonan utama: f menjadi p, v jadi p, sy jadi s, sh menjadi s, z jadi j, dan kh menjadi h.
Oleh karena itu, ada yang mengatakan orang Sunda tak bisa mengatakan huruf f atau v. Hal ini tak benar karena faktanya hanya hurufnya saja yang tak ada dalam aksara Sunda, namun tak semua orang Sunda tidak bisa mengucapkannya.
3. Pengaruh budaya Jawa semasa kekuasaan kerajaan Mataram-Islam membuat bahasa Sunda, terutama di wilayah Parahyangan, mengenal undak-usuk atau tingkatan berbahasa, mulai bahasa halus, bahasa loma/ lancaran, hingga bahasa kasar.
Namun, di wilayah-wilayah pedesaan/pegunungan dan mayoritas daerah Banten, bahasa Sunda loma (bagi penduduk kawasan Bandung terdengar kasar) tetap dominan. Ini beberapa contohnya:
4. Bahasa Sunda merupakan salah satu bahasa tertua di Indonesia. Mungkin sekali bahasa Kw’un Lun yang disebut oleh Berita China dan digunakan sebagai bahasa percakapan di wilayah Nusantara sebelum abad ke-10, pada masyarakat Jawa Barat kiranya adalah bahasa Sunda (kuno). Walaupun tidak diketahui wujudnya.
Bukti penggunaan bahasa Sunda (kuno) secara tertulis dijumpai lebih luas dalam bentuk naskah, yang ditulis pada daun lontar, enau, kelapa, dan nipah.