Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Membangun Asa di Daerah Tertinggal

Kompas.com - 05/07/2011, 02:41 WIB

Cornelius Helmy

Saat menjadi warga pertama dari Kampung Cibuleud, Desa Sundawenang, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, yang lulus jenjang pendidikan tinggi pada 2002, Ruslan Suparlan menyimpan duka. Dia merasa sedih karena hingga 57 tahun Indonesia merdeka, baru dirinya seorang dari warga Kampung Cibuleud yang melanjutkan dan mampu lulus jenjang pendidikan tinggi.

”Tanpa pendidikan, masyarakat di mana pun pasti akan tetap terpuruk, tidak terkecuali di Desa Sundawenang. Saya sendiri, dulu, harus menempuh perjalanan jauh dari rumah melintasi bukit dan jalan rusak hanya untuk bisa bersekolah,” cerita Ruslan, lulusan Sekolah Tinggi Teknik (STT) Cipasung, Kabupaten Tasikmalaya.

Kondisi pendidikan di Desa Sundawenang memang berbanding lurus dengan kesejahteraan ekonomi dan infrastrukturnya. Sampai 2003, rata-rata warga Desa Sundawenang yang lulus tingkat sekolah dasar (SD) dan melanjutkan ke tingkat sekolah menengah pertama (SMP) hanya tiga orang dari sekitar 20 orang.

Sisa murid lulusan SD tersebut kemudian memilih bekerja sebagai buruh tani, buruh kasar, atau malah menikah. Akibatnya, sumber daya manusia dari desa yang ”hanya” berjarak sekitar 12 kilometer dari pusat kota Kabupaten Tasikmalaya ini tercatat sebagai salah satu daerah tertinggal.

Secara administratif, Desa Sundawenang berlokasi di kawasan Kecamatan Salawu, ujung barat perbatasan Kabupaten Tasikmalaya dengan Garut. Sampai sekitar pertengahan Juni 2011, Desa Sundawenang masih terpuruk akibat buruknya kualitas infrastruktur di kawasan tersebut.

Jalan di daerah itu, yang lebarnya sekitar 3 meter, kondisinya rusak berat. Di samping itu, kontur jalan turun naik dan berkelok-kelok. Meski begitu, jalan ini menjadi satu-satunya penghubung warga dengan dunia luar. Kondisi yang demikian membuat mereka kesulitan mengembangkan kualitas hidup.

Fakta yang menyesakkan dada itu membuat Ruslan merasa bertanggung jawab untuk ikut serta memperbaiki kondisi kampungnya. Dia yakin, minimnya sarana pendidikan telah membuat warga Desa Sundawenang terpuruk.

Ruslan kemudian bertekad mendirikan sekolah formal setingkat SMP dan SMK bagi masa depan anak-anak Desa Sundawenang.

Gratis

Keinginan itu tidak hanya berhenti dalam hati atau sekadar wacana, tetapi Ruslan juga segera memulai jalan untuk mewujudkannya. Selama dua tahun, dia sengaja menimba ilmu sebagai guru di beberapa sekolah di Tasikmalaya, seperti di Madrasah Tsanawiyah Negeri Salawu dan Madrasah Tsanawiyah Al Azis Salawu.

Setelah Ruslan merasa memiliki cukup bekal untuk mengajar, dia kemudian memberanikan diri untuk membuka program Kejar Paket B lewat jenjang Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) pada 2003. Dia memilih PKBM karena PKBM dinilai paling sesuai dengan kemampuan ekonomi, kebutuhan, dan waktu yang dimiliki penduduk Desa Sundawenang.

Namun, karena tidak ada kuota di PKBM Desa Sundawenang, Ruslan lalu meminta pengalihan kuota dari PKBM minim peminat, yakni PKBM Al Adnan di Kota Tasikmalaya.

”Saat itu kuota 20 orang di PKBM Al Adnan di Kota Tasikmalaya tidak ada peminatnya. Saya meminta izin mengambil kuotanya untuk Desa Sundawenang karena yakin peminat di sini sangat tinggi,” cerita Ruslan.

Dugaan Ruslan tidak meleset. Saat pertama kali dibuka, sebanyak 31 warga Kampung Cibuleud yang umumnya berusia 20-30 tahun mendaftarkan diri. Tidak hanya warga dari Kampung Cibuleud, tetapi warga kampung lain, seperti Jahiang dan Cicantayan yang berjarak 2 kilometer hingga 5 kilometer dari lokasi pendidikan itu, juga turut mendaftar. Tiga tahun berjalan, peminatnya mencapai 350 orang atau yang terbesar di Jawa Barat.

Besarnya minat masyarakat mengikuti PKBM mendorong Ruslan mengubah PKBM menjadi SMP Al Madaniah pada 2007. Ini sekaligus menjadi SMP yang pertama di Desa Sundawenang.

Semua biaya pendidikan di SMP tersebut digratiskan. Sekolah itu juga menjadi tempat anak-anak di pedalaman Kabupaten Tasikmalaya melanjutkan pendidikannya selulus SD. Dengan alasan yang sama, tiga tahun kemudian Ruslan menggagas terbentuknya SMK Pertanian Al Madaniah.

”Mimpi saya perlahan-lahan terwujud. Sengaja kami mengambil bidang pertanian karena mayoritas warga (di Desa Sundawenang) mata pencariannya sebagai petani,” kata Ruslan.

Perhatian

Meski berniat baik, kiprah Ruslan tersebut tidak lepas dari nada sumbang. Sebagian kalangan sempat meragukan eksistensi SMP Al Madaniah. Seorang pegawai Dinas Pendidikan Kabupaten Tasikmalaya, misalnya, mengatakan bahwa dua bangunan semipermanen SMP Al Madaniah adalah kandang bebek.

Meski begitu, Ruslan tidak patah harapan. Semangat justru datang dari kepedulian warga. Kerelaan warga untuk menyumbang uang guna membeli tanah serta keinginan dan tekad siswa yang mau menempuh perjalanan darat selama sekitar satu jam dari rumah ke sekolah adalah beberapa sikap yang membuat Ruslan merasa bangga.

Lima tahun berjalan, sekitar 200 anak dari pedalaman Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, sekarang bisa mengenyam pendidikan di SMP Al Madaniah dan SMK Al Madaniah. Beberapa prestasi pun berhasil direngkuh sekolah tersebut.

SMP Al Madaniah, misalnya, berhasil menempati peringkat ke-27 pada ujian nasional SMP tahun 2011 serta juara Olimpiade Siswa Nasional 2010 tingkat SMP se-Tasikmalaya untuk bidang Matematika dan Biologi.

Selain itu, siswa SMK Pertanian Al Madaniah juga menjadi wakil Kabupaten Tasikmalaya dalam Raimuna Pramuka Jawa Barat 2011.

Ruslan berharap, keberadaan SMP dan SMK Pertanian Al Madaniah dapat memicu hasrat pemerintah untuk lebih memperhatikan pemerataan sekolah di daerah-daerah terpencil. Dia mengatakan, selama ini banyak sekolah swasta ibarat menjadi jembatan kesenjangan antara ketersediaan dan kebutuhan pendidikan di Indonesia.

”Pada saat pemerintah belum bisa membangun semua sarana pendidikan (yang diperlukan warganya), sekolah swasta mampu mengisi kekosongan itu,” ujar Ruslan yang menjalankan SMP dan SMK Pertanian Al Madaniah dengan dukungan dana dari donatur dan hasil penjualan bibit tanaman setempat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com