Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Buah Manis Konsep Sekolah Hijau

Kompas.com - 06/07/2011, 04:05 WIB

Rentang Oktober-Desember 2010, Iin Solihin (15), siswa kelas III SMPN 7 Ciiamis asal Cijeunjing, Ciamis, Jawa Barat, dan 50 siswa lainnya memiliki tanggung jawab harian pukul 16.00-18.00. Dibagi dalam 10 kelompok dengan anggota 5-6 orang, mereka harus menyediakan air bagi tanaman sayur di lahan seluas 300 bata milik sekolah. Di lahan itu ditanam cabai, kacang panjang, tomat, kangkung, dan terung.

Cara mendapatkan air terbilang sederhana. Siswa mengambil air dengan ember dari sungai kecil yang berjarak 200 meter dari sekolah. Siswa juga wajib memeriksa kesehatan tanaman atau membersihkan gulma.

”Memang melelahkan, tetapi kami senang. Saya sendiri sebelumnya tidak paham bertani meski orangtua saya petani,” kata Iin yang berniat melanjutkan ke SMK Pertanian Ciamis.

Keringat siswa pun terbayar lunas saat panen tiba. Saat petani gagal panen sayur, ”petani” SMPN 7 Ciamis justru menikmati hasil panen melimpah. Mereka pun menjualnya guna membiayai program lingkungan selanjutnya.

Ketua Pelaksana Program Lingkungan Hidup SMPN 7 Rosidin (47) mencontohkan, cabai dijual Rp 15.000 per kilogram, jauh lebih murah dari harga di pasar Rp 30.000 per kg. Harga kacang panjang Rp 2.000 per kg atau lebih murah dibanding harga pasar Rp 6.000 per kg. Selain itu, tomat dijual Rp 6.000 per kg, jauh dari harga pasar Rp 12.000 per kg.

”Distributor cabai juga banyak yang datang setelah dengar kabar itu. Total penjualan mencapai Rp 27 juta,” ujarnya.

Saat ini, sebagai program berkelanjutan, mereka menanam jagung ternak dan manis sebagai upaya mempraktikkan teori tumpang sari. Sudah ada perusahaan swasta yang berjanji membelinya.

Sekolah gurem

Kepala SMPN 7 Ciamis Edi Rusyana Noer mengatakan, dua tahun lalu, sekolah yang berada di Jalan Baktikarya II, Kelurahan Kertasari, Kecamatan Ciamis, ini terbilang gurem. Nyaris tidak ada prestasi yang dibanggakan dari sekolah yang didominasi anak petani ini.

Semuanya berubah saat siswa dan pengajar mulai menerapkan program sekolah berbasis lingkungan tahun 2009 dan penanaman tanaman pertanian serta pohon keras setahun kemudian. Hasilnya, SMPN 7 dinobatkan sebagai pelestari lingkungan dan mampu mendulang keuntungan ekonomi lewat pemanfaatan lahan yang tepat.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau