Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sarjana Teknik Cuma 11,56 Persen

Kompas.com - 11/07/2011, 03:54 WIB

Bandung, Kompas - Meskipun Indonesia ingin mengejar ketertinggalan dari negara lain, kenyataannya mahasiswa yang lulus pendidikan teknik pada tahun 2010 hanya 11,5 persen. Begitu pula sarjana bidang pertanian baru 3,32 persen dan sarjana bidang sains hanya 3,67 persen.

”Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat, dibutuhkan lulusan pendidikan teknik yang lebih besar,” kata Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh di Aula Barat Institut Teknologi Bandung, Bandung, Sabtu (9/7), saat menyampaikan orasi ilmiah dalam Peringatan 91 Tahun Pendidikan Tinggi Teknik di Indonesia. Selain Nuh, menteri lain yang memberikan orasi ilmiah adalah Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa. Hadir pada acara tersebut Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad yang juga alumnus ITB serta Rektor ITB Akhmaloka.

Menurut Nuh, untuk mengejar ketertinggalan bangsa ini, lulusan teknik ditargetkan naik dari 603.649 orang pada tahun 2010 menjadi 1.116.493 orang pada tahun 2015. Selain itu, lulusan bidang pertanian harus naik dari 173.366 orang pada tahun 2010 menjadi 258.389 orang pada tahun 2015, dan lulusan sains ditargetkan naik dari 191.643 orang pada tahun 2010 menjadi 413.386 orang pada tahun 2015.

”Jika Indonesia ingin menaikkan PDB (produk domestik bruto), ketiga bidang pendidikan itu harus disiapkan. Semua perguruan tinggi harus diajak agar target itu dicapai,” ujarnya.

Dana pendidikan melonjak

Lebih lanjut Mendiknas menguraikan, pada tahun 2010 anggaran pendidikan masih di level Rp 225 triliun dan diperkirakan pada tahun 2015 senilai Rp 576 triliun. Adapun tahun 2025 diperkirakan mencapai Rp 1.360 triliun. Ini dimungkinkan tercapai karena adanya kewajiban bagi pemerintah untuk menyediakan dana pendidikan 20 persen dari anggaran belanja negara setiap tahunnya.

”Dengan demikian, masalah bukan pada besar atau kecilnya anggaran, namun bagaimana menggunakan anggaran tersebut secara tepat dan efisien,” tutur Nuh.

Dalam Agenda Kerja Utama Kementerian Pendidikan Nasional dinyatakan, dengan anggaran yang tersedia itu, pada tahun 2015 diharapkan ada tambahan jumlah mahasiswa sebanyak 1.792.478 orang dari posisi tahun 2010 sebanyak 5.226.450 orang menjadi 7.018.928 orang. Sepuluh tahun kemudian (2025) diharapkan ada tambahan jumlah mahasiswa dari 3.697.025 orang menjadi 10.715.953 orang.

Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa mengingatkan, agar seluruh permasalahan bangsa dapat terselesaikan, perguruan tinggi jangan menjauh dari masyarakat.

”Perguruan tinggi jangan hanya duduk di menara gading dan hanya turun sesekali ke masyarakat. Selain itu, mahasiswa sebaiknya menciptakan lapangan kerja bukan hanya mengharapkan pekerjaan,” tuturnya.

Disalurkan ke daerah

Secara terpisah, Sekretaris Jenderal Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA) Yuna Farhan di Jakarta, Minggu (10/7), menilai, anggaran pendidikan yang terus-menerus ditambah sementara pagu dana yang sudah ada belum juga digunakan, membuat pos anggaran pendidikan bagai keranjang sampah yang menghimpun proyek-proyek apa saja asal berkaitan dengan dunia pendidikan.

”Itu menyebabkan kenaikan anggaran pendidikan dalam APBN tidak serta-merta menurunkan biaya sekolah,” ujarnya.

Menanggapi rendahnya penyerapan anggaran pendidikan yang baru 18,9 persen, Mendiknas menegaskan, rendahnya penyerapan anggaran di Kemdiknas disebabkan sebagian besar dana yang dikelola telah didekonsentrasikan ke pemerintah daerah.

”Kami tidak mencari siapa yang salah. Tetapi kami ingin tahu, apa masalahnya sehingga daerah sangat lambat dalam pencairan dana, termasuk untuk tunjangan guru,” kata Nuh. Ia memberi waktu 18 Juli tunjangan guru harus sudah cair. (OIN/ELD)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com