Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Antara Setan, Neraka, dan Koruptor

Kompas.com - 24/07/2011, 12:39 WIB

Frans Sartono 

Hai setan kini engkau menang, semoga engkau senang/ Kudoakan kepada Tuhan, untukmu komohonklan neraka jahanam ...

Itu potongan lagu ”Neraka Jahanam” yang dibawakan dua jawara rock, Duo Kribo:Ahmad Albar dan Ucok ”AKA” Harahap pada 1978. Lagu-lagu rock era 1970-1980-an memang berkutat pada imaji-imaji seputar setan, neraka, badai, dan hujan. Gambaran serba keras, seram, dan angker itu lahir dari impresi auditif atas musik rock, terutama dari distorsi gitar yang keras-keras kasar, meraung-meraung, serta dentuman drum.

Selain lagu ”Neraka Jahanam”, muncul juga lagu-lagu, seperti ”Selimut Neraka” (SAS), ”Jarum Neraka” dan ”Tangan-Tangan Setan (Nicky Astria), ”Setan Ketawa” (God Bless), ”Preman Metropolitan,” dan ”Air Api”(Ikang Fawzi), serta ”Hujan Badai” (Panbers). Atau simak lagu rock versi Koes Plus seperti ”Hujan Angin,” ”Kelelawar,” ”Kala-kala Hitam,” dan ”Hanya Pusaramu.”

Ian Antono, gitaris God Bless, mengakui impresi auditif dari musik rock, terutama bunyi gitar yang keras-keras distortif dan gemuruh drum, merangsang gagasan untuk melahirkan lirik lagu bercitra keras dan seram.

”Lirik disesuaikan dengan warna distorsi, suara gitar meraung-raung, drum yang full power, dan kebingaran musik. Kalau dibikin lagu, kita gambarkan setan itu begitu,” kata Ian yang bersama God Bless tampil dalam perhelatan musik Java Rockin Land, pekan ini.

Benny Panjaitan dari band Panbers menulis lagu ”Hujan Badai” karena menurut dia musik rock memang harus keras. Oleh karena itu, tema-tema lagu yang menggambarkan suasana keras dianggap sesuai jika dibawakan dalam kemasan musik rock. ”Hujan, apalagi badai itu kan keras. Itu cocok untuk tema lagu rock,” kata Benny.

Mungkin yang paling jujur dari semua lagu tersebut adalah Benyamin S. Dia secara apa adanya dan dengan gaya kocak menerjemahkan kesan meledak-ledak dari musik rock dalam lagu ”Kompor Meleduk.” Begini lirik awalnya: ”Jakarta kebanjiran, di Bogor angin ngamuk/ Ruméh ané kebakaran garé-garé kompor mleduk.”

Lebih polos lagi, Benyamin ”mentransformasikan” gaya menyanyi penyanyi rock yang pecicilan dan penuh teriak itu dalam lagu ”Kesurupan.” Ia menirukan gaya orang kesurupan dengan gaya banyolan khasnya, ”Hei setan mana ini? Setan Gundul.” Di tangan Benyamin, rock menjadi komedi. Lagu rock digunakan untuk main-main dengan semangat kerakyatan.

Meniru dan identitas 

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com