Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Putus Sekolah karena Tak Mampu Beli Seragam

Kompas.com - 28/07/2011, 13:55 WIB

POLEWALI MANDAR, KOMPAS.com — Kepala Dinas Pendidikan dan Olahraga Polewali Mandar, Sulawesi Barat, Arifuddin Toppo, menyebutkan, sekitar 70 persen anak-anak yang putus sekolah disebabkan ketidakmampuan orangtua untuk membeli seragam. Setidaknya, petugas Dinas Pendidikan dan Olahraga bekerja sama dengan Unicef dan LSM Peduli Pendidikan berhasil menjaring 272 anak putus sekolah di dua kecamatan, Mapilli dan Binuang.

"70 persen di antaranya beralasan tidak lanjut sekolah karena seragam mahal. Ini baru dua kecamatan, belum termasuk 14 kecamatan lain di Polewali Mandar," ujar Arifuddin di Polewali Mandar, Kamis (28/7/2011).

Hari ini, anak-anak tersebut secara resmi dikembalikan ke sekolah. Menurut Arifuddin, orangtua anak-anak itu berprofesi sebagai buruh tani. Pendapatan yang diperoleh tak cukup untuk memenuhi kebutuhan pendidikan. Sebagian dari mereka terpaksa ikut membantu orangtuanya bertani dan berkebun. Sementara lainnya memilih menjadi pembantu rumah tangag agar ikut menopang kebutuhan keluarganya.

Pemerhati anak dan pendidikan di Polewali Mandar, Julianti, menyebutkan, biaya seragam sekolah, di antaranya seragam putih biru, batik, seragam pramuka, dan olahraga, untuk satu siswa SMP mencapai Rp 500.000. Itu belum termasuk pungutan lainnya yang dibebankan kepada orangtua siswa.

"Coba bayangkan, dua anak saja yang sama-sama masuk sekolah biaya seragamnya bisa mencapai Rp 1 juta. Angka ini tentu bukan perkara mudah bagi warga miskin yang pendapatannya tak menentu," kata Julianti.

Bupati Polewali Mandar Ali Baal Masdar mengatakan, Pemerintah Kabupaten Polewali Mandar kini sedang menggagas sekolah alternatif. Siswa yang berasal dari keluarga tidak mampu diberikan kebebasan untuk tidak berseragam dan bersepatu.

"Setiap warga tidak boleh putus sekolah hanya karena alasan tidak punya seragam. Pemkab Polewali Mandar kini mengakomodasi bagi setiap siswa yang tidak mampu tidak usah pakai seragam," ujar Ali.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com