Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kejujuran dalam Keluarga

Kompas.com - 07/08/2011, 02:06 WIB

AGUSTINE DWIPUTRI PSIKOLOG

Saat ini para orangtua yang peduli pada masa depan anak-anaknya sebagai generasi penerus perlu lebih serius menanamkan berbagai kebajikan di dalam keluarga. Pada tulisan kali ini, saya ingin mengajak seluruh anggota keluarga mengulas dan merenungkan kembali satu nilai moral dasar, yaitu kejujuran, yang kita semua tahu sudah sangat menurun keberadaannya dalam kehidupan sehari-hari.

Memang diperlukan kesinambungan penanaman nilai antara rumah, sekolah, dan lingkungan masyarakat agar nilai–nilai moral bisa terus berkembang. Meski demikian, di dalam keluarga pengasuhan yang dilakukan orangtua sebagai pendidik utama akan memberikan dampak yang paling kuat untuk terwujudnya nilai tersebut pada kehidupan anak selanjutnya.

Arti kejujuran

Secara sederhana, jujur berarti tidak berdusta ketika berbicara. Namun, bila ditelaah lebih lanjut, makna kejujuran dapat lebih kompleks dan mendalam.

Menurut Linda K Popov dkk dalam buku The Family Virtues Guide (1997), menjadi jujur adalah tampil tulus, terbuka, dapat dipercaya, dan menyampaikan kebenaran. Orang yang jujur dapat diandalkan untuk tidak berdusta, menipu, atau mencuri. Jika dia mengatakan suka pada kita, kita paham bahwa dia benar-benar menyukai kita, bukan hanya karena untuk mendapatkan sesuatu atau sekadar berpura-pura.

Jika seseorang tampak ramah, kejujuran berarti dia benar-benar ramah, memang karena ia ingin menjadi teman, bukan untuk alasan tersembunyi lainnya. Dengan kejujuran kita dapat memercayai segala hal seperti yang ditampilkan.

Kejujuran menyampaikan suatu kebenaran bahkan ketika dengan mengakui kebenaran tertentu bisa membuat seseorang kecewa. Kejujuran berarti tidak melebih-lebihkan sesuatu hanya untuk membuat orang lain terkesan. Kita juga jujur jika tidak membuat janji-janji palsu. Kita menepati apa yang kita katakan akan kita lakukan. Tindakan kita sesuai dengan kata-kata kita. Hal ini sering disebut juga dengan istilah integritas.

Kejujuran adalah landasan dari kepercayaan yang akan menentukan hubungan seseorang dengan orang lain. Jadi, ketika seseorang berdusta, menipu, atau mencuri, orang di sekelilingnya tidak bisa percaya padanya. Pepatah yang berbunyi ”Sekali lancung ke ujian, seumur hidup orang tak percaya”, banyak terbukti dalam kehidupan kita.

Linda Popov (1997) mengatakan, jika seseorang mengarang cerita untuk menutupi kesalahannya, sulit baginya untuk memperbaiki kesalahan itu, lalu ia akan merasa buruk dan makin buruk tentang dirinya. Kadangkala orang tidak jujur terhadap diri mereka sendiri. Mereka mencoba berpura-pura bahwa tidak terjadi apa-apa bahkan ketika suatu hal benar-benar terjadi, seperti menyakiti perasaan seseorang. Ketika seseorang tidak jujur terhadap dirinya sendiri tentang sesuatu, dia biasanya juga tidak jujur dengan orang lain.

Perilaku menipu

Kejujuran menjaga kita dari perilaku menipu atau membodohi orang lain hanya untuk memperoleh sesuatu yang kita inginkan. Kejujuran juga membantu untuk tidak membodohi diri sendiri. Bila jujur dengan diri sendiri, kita memiliki kesempatan untuk memperbaiki kesalahan. Bila kita jujur terhadap orang lain, mereka tahu bahwa mereka dapat memercayai kita. Bagaimana melatih kejujuran dalam keluarga?

Banyak variasi cara untuk menanamkan nilai ini dalam keluarga. Bagi anak yang masih sangat kecil, yang belum dapat membedakan fantasi dan kenyataan, orangtua bisa mendongeng atau membacakan cerita mengenai perilaku-perilaku binatang yang menyiratkan kejujuran atau kebenaran. Untuk anak yang lebih besar, bisa dengan permainan, menonton film, diberi bacaan buku-buku, dan kemudian mendiskusikannya bersama orangtua. Anak dapat berkomentar atau mengeritik suatu kejadian sehingga mereka paham benar bagaimana kejujuran dan kebenaran dapat terjadi dalam kehidupan nyata.

Hal terpenting adalah orangtua perlu menyampaikan dan mencontohkan berbagai perilaku yang menunjukkan kejujuran dan integritas secara jelas sehingga anak dapat mengambil patokan dalam menilai perilaku yang baik dan yang buruk. Tidak ada gunanya menghukum anak karena berdusta tentang nilai ulangan di kelas jika kemudian anak diminta mengatakan pada tamu bahwa ibu tak ada di rumah, padahal kenyataannya ibu bersembunyi di kamar, misalnya.

Beberapa tips disampaikan oleh Linda Popov dkk sebagai berikut:

- Cocokkan tindakan dan kata-kata Anda. Hindari penipuan—tidak mencoba membodohi anak/siapa pun dan jangan biarkan mereka membodohi Anda.

- Katakan apa yang Anda maksud dan makna dari yang Anda katakan. Ketika melakukan sesuatu, berikan upaya terbaik Anda dan tidak berpura-pura tampil lebih baik. Jangan mengatakan atau melakukan sesuatu hanya untuk membuat kesan yang baik. Anda tidak perlu berbuat hal-hal hingga terlihat baik—Anda telah cukup baik seperti apa adanya Anda, sungguh!

- Hanya membuat janji yang dapat Anda tepati. Dapat dipercaya dalam semua kegiatan Anda, menolak untuk berbohong, menipu, atau mencuri.

- Gunakan imajinasi Anda, tetapi jangan sampai membuat Anda tidak mengatakan kebenaran. Sampaikan kebenaran secara bijak, sesuaikan dengan usia dan kondisi anak.

- Jika Anda sebagai orangtua melakukan kesalahan pada anak, akuilah. Ini adalah cara terbaik untuk memperbaiki keadaan. Jujurlah dengan diri sendiri, dan Anda akan selalu bisa jujur dengan orang lain.

Mari kita sama-sama terus berlatih demi generasi penerus!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com