Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Kurang Jurnal Berbahasa Inggris

Kompas.com - 18/08/2011, 02:19 WIB

Indonesia dinilai masih kekurangan jumlah pakar dengan kemampuan berbahasa Inggris mumpuni, baik dalam konteks menulis maupun berbicara (lisan), yang secara spesifik bisa ”mempromosikan” negeri ini di dunia internasional melalui tulisan-tulisannya.

Tidak cuma itu, medium promosi ”serius” demi kepentingan tersebut dinilai belum terlalu signifikan jumlahnya. Tidak banyak jurnal ilmiah prestisius berbahasa Inggris terbitan Indonesia, yang dapat diakses dengan mudah, baik di dalam negeri maupun luar negeri.

Padahal, dua elemen penting itu, pakar yang mampu menulis artikel berkualitas tentang Indonesia dalam bahasa Inggris dan juga jurnal ilmiah mumpuni serta prestisius, juga dalam bahasa Inggris, sangat diperlukan jika ingin mempromosikan Indonesia di luar negeri lebih serius.

Dengan adanya jurnal ilmiah itu, diharapkan berbagai kalangan, mulai dari pengusaha, akademisi, pembuat kebijakan, dan masyarakat sipil, di luar negeri punya bacaan acuan yang bisa diandalkan untuk mengetahui secara baik tentang Indonesia.

Penilaian sekaligus keprihatinan itu dilontarkan mantan Menteri Luar Negeri yang juga anggota Dewan Penasihat Presiden, Hassan Wirajuda, Selasa (16/8). Wirajuda menyampaikan hal itu saat meluncurkan jurnal ilmiah empat bulanan Strategic Review, yang mengangkat isu-isu kepemimpinan, kebijakan, dan dunia.

”Ada kesenjangan pengetahuan tentang Indonesia di luar negeri terlepas dari berbagai prestasi yang telah kita capai sebagai bangsa. Kalau bicara Asia, pikiran orang pasti langsung tertuju ke China dan India. Padahal, ada banyak peran serta pengalaman yang kita punya, baik di kawasan dan global,” ujar Wirajuda, yang menjadi Pemimpin Redaksi Jurnal Strategic Review.

Wirajuda membayangkan Indonesia punya majalah semacam Foreign Affairs, yang diterbitkan Dewan Hubungan Luar Negeri Amerika Serikat di New York, dan memiliki latar belakang perspektif ala AS atau dunia Barat.

”Ada beberapa prestasi yang selama ini masih belum terapresiasi dengan baik hanya karena perbedaan perspektif antara mereka (dunia Barat) dan Indonesia. Sebut saja kemampuan penanganan bencana alam gempa bumi dan tsunami di Aceh. Bahkan, badan dunia PBB menjadikan cara penanganan tsunami Aceh sebagai model,” ujar Wirajuda.

Sayangnya, hal itu masih belum terlalu diapresiasi. Padahal, jika dibandingkan dengan AS, sekalipun saat menangani dampak dan korban bencana badai Katrina beberapa waktu lalu, Indonesia terbilang jauh lebih berhasil dan relatif lebih cepat.

Mantan Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono, yang hadir dalam peluncuran jurnal tersebut, menyebutkan, di kalangan negara-negara kawasan Asia Tenggara, Indonesia masih tertinggal jauh dalam hal jumlah penulis dan pengamat yang mampu berbahasa Inggris, baik lisan maupun tertulis.

”Dibandingkan dengan Thailand, Singapura, Malaysia, dan Filipina, kita termasuk sedikit. Padahal, populasi Indonesia besar dan bahkan termasuk 16 besar negara ekonomi dunia. Selain perbedaan warisan kolonial, antara Belanda dan Inggris, media massa berbahasa Inggris kita juga masih sedikit, bahkan sejak tahun 1950-an,” ujar Juwono. (Wisnu Dewabrata)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com