Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UI, Maman Abdurrakhman, mengatakan, wacana mogok kuliah memang diserukan sejumlah mahasiswa. ”Tetapi, bukan sikap resmi BEM UI,” kata Maman.
Kisruh di UI tersebut sebagai protes terhadap kepemimpinan Rektor UI yang dinilai tidak transparan, akuntabel, dan partisipatif. Pemberian gelar kehormatan doktor honoris causa kepada Raja Arab Saudi yang menimbulkan polemik, hanyalah puncak dari kepemimpinan rektor yang dituding mengarah pada personalisasi kekuasaan.
Di Kampus UI Depok juga dilaksanakan aksi longmarch, antara lain diikuti para pekerja yang tergabung dalam Paguyuban Pekerja UI. Ketua Presidium Paguyuban Pekerja UI, Andri Gunawan Wibisana, mengatakan, persoalan status pekerja mulai dari staf hingga dosen banyak yang tidak jelas. ”Kami menuntut supaya masalah pekerja di UI ini diselesaikan segera,” kata Andri.
Dekan Fakultas Kedokteran UI Ratna Sitompul mengatakan, meski dosen siap mogok kerja di bidang akademis, layanan medis bagi pasien tidak berhenti. Sepanjang Selasa, mahasiswa membagikan 9.000 pin gerakan Save UI dan mengirim 1.000 Surat Cinta untuk Rektor UI.
Kepala Kantor Komunikasi UI Vishnu Juwono mengatakan, ada imbauan aksi mogok yang dilakukan sejumlah elemen mahasiswa dan dosen di UI. Namun, secara umum kondisi belajar di kampus masih kondusif.
”Penyelesaian persoalan UI ini dibawa ke Kementerian Pendidikan Nasional,” kata Vishnu.
Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh berharap persoalan internal di UI, terutama menyangkut tata kelola kampus pascabatalnya Undang-Undang Badan Hukum Milik Negara, bisa diselesaikan dengan baik. ”Kita berharap tidak merembet ke soal akademik,” kata Nuh.
Mendiknas pada Selasa (13/9) malam menggelar pertemuan untuk menemukan jalan keluar kisruh di UI. Pertemuan di Kemdiknas mengundang Rektor UI Gumilar R Somantri dan Wali Majelis Amanat UI yang antara lain dihadiri Emil Salim. Pertemuan dilaksanakan tertutup bagi wartawan.