Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

RI-Belanda Perkuat Program Doktor dan Riset

Kompas.com - 21/09/2011, 03:02 WIB

DEN HAAG, KOMPAS - Kerja sama Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Belanda membuka peluang bagi para dosen di Indonesia menempuh program doktor di beberapa perguruan tinggi di Belanda melalui beasiswa yang ditanggung pemerintah kedua negara. Komitmen itu juga memungkinkan kolaborasi perguruan tinggi dua negara, khususnya bidang pangan, kesehatan, dan manajemen air.

Itu tertuang dalam nota kesepahaman yang ditandatangani Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) Djoko Santoso dan Dirjen Dikti, Kejuruan, Sains, dan Emansipasi Kementerian Pendidikan, Budaya, dan Sains Belanda Renk Roborgh di Den Haag, Belanda, Senin (19/9).

Djoko memaparkan model kerja sama pada jajaran Kedutaan Besar RI di Den Haag yang dihadiri Pelaksana Tugas Duta Besar Umar Hadi dan Atase Pendidikan RI untuk Belanda Ramon Mohandas.

Kemarin juga dilakukan penandatanganan kerja sama khusus Direktur Kelembagaan dan Kerja Sama Dikti Kemdiknas Achmad Djazidie dan Direktur Netherlands Education Support Office (NESO) Indonesia Marrik Bellen, terkait pembiayaan 50 peserta program doktor.

Strategis

Menurut Renk Roborgh, kerja sama ini amat strategis menguatkan riset dan meningkatkan kapasitas perguruan tinggi di kedua negara.

Adapun Djoko Santoso menilai, kerja sama tersebut amat relevan menambah dosen bergelar di Indonesia. Dari 160.000 dosen di bawah Kemdiknas, baru 15.000 yang berkualifikasi doktor. Direktorat Jenderal Dikti tiap tahun menargetkan membiayai program doktor bagi 4.000 dosen, terdiri atas 3.000 dosen untuk program doktor di dalam negeri dan 1.000 dosen di luar negeri.

”Kerja sama ini menawarkan solusi-solusi pembiayaan bagi dosen yang menempuh pendidikan doktor di Belanda selama empat tahun. Biaya tiga tahun pertama ditanggung Pemerintah RI. Adapun biaya satu tahun terakhir akan ditanggung Pemerintah Belanda,” ujar Djoko.

Pemerintah RI menganggarkan beasiswa Rp 310 juta per tahun untuk setiap peserta program doktor di Belanda. Beasiswa serupa untuk perguruan tinggi di Australia sekitar Rp 400 juta.

Kemdiknas tidak mematok kuota peserta program doktor di Belanda. ”Makin banyak yang lulus seleksi, makin baik. Sebesar- besarnya kami buka peluang bagi dosen memanfaatkan peluang itu,” katanya.

Baik Djoko maupun Roborgh sepaham bahwa kerja sama ini dapat dikembangkan dengan kolaborasi riset antarperguruan tinggi di kedua negara. Melihat potensi tenaga dosen dan sumber daya alam RI-Belanda, setidaknya ada tiga bidang ilmu yang dibidik untuk program riset kolaborasi, yakni pangan, kesehatan, dan manajemen air. Perguruan tinggi terkemuka di Belanda rata-rata masuk dalam peringkat 200 top dunia, termasuk Universitas Leiden di Den Haag.

(NAR)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com