Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seandainya Rektor UI Mau Membuatkan Saya Kopi...

Kompas.com - 22/09/2011, 06:53 WIB

“Saya suka pelajar-pelajar Indonesia. Di sini mereka terbukti gigih, rajin, dan pintar-pintar,” tukasnya.

Chris berbincang soal program internasional di kampusnya yang sudah cukup banyak bekerja sama dengan beberapa perguruan tinggi di Indonesia. Ia mengatakan, sebagai university of applied science, Saxion University bisa menjamin bahwa sumber daya manusia dan kebutuhan tenaga-tenaga riset aplikatif sangat cocok bagi negara berkembang seperti Indonesia. Khususnya melalui international programme untuk double degree, Saxion telah menyiapkan beberapa jurusan yang bisa dikolaborasikan dengan Indonesia, seperti Art & Technology, Business Engineering, Leadership in Social Network, Urban & Regional Planning, Urban Design, dan banyak lagi.

Berdasarkan catatannya, tahun ini tercatat sebanyak 30 mahasiswa Indonesia menuntut ilmu di Saxion. Adapun beberapa perguruan tinggi yang telah berkolaborasi dengan Saxion, antara lain, Universitas Gadjah Mada, Universitas Dipenogoro, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Universitas Bina Nusantara (Binus), dan Universitas Petra.

“Di sini mereka bukan hanya belajar dan belajar, tetapi juga bergaul dengan orang-orang dari banyak negara. Kami ingin mereka berkualitas bukan hanya pada nilai akademisnya, melainkan juga memanfaatkan ilmunya itu secara luas di dunia internasional, dunia yang kami perkenalkan di sini kepada mereka,” kata Chris.

Seandainya

Pertanyaannya, adakah seorang rektor di sebuah perguruan tinggi di Indonesia mau melakukan hal itu? Menuangkan teh atau kopi ke dalam gelas seorang tamunya meski itu hanya seorang wartawan atau rektor lain dari negeri seberang?

Nyaris, hal semacam itu tak pernah terlihat dilakukan oleh seorang rektor, setidaknya dalam pengamatan saya. Umumnya, rektor di Indonesia terlalu sibuk dengan urusan protokoler, staf yang selalu setia mendampingi dan melayani, serta terpatri dengan kedudukan yang tampaknya terlalu “tinggi” sehingga rikuh untuk berbuat semanis itu kepada tamunya.

Apa kata orang nanti, rektor kok menuangkan kopi buat wartawan! Bukankah ada staf? Buat apa punya sekretaris?

Gengsi, mungkin saja. Namun, melihat cara Chris atau Poppema menangani tamunya, ia tampak benar-benar merasa egaliter dengan siapa pun. Gaya bicara dan gerak badannya terlihat sangat menjauhkan sikap lebih “tinggi”. Semua dilakukannya secara wajar sehingga membuat suasana tidak kaku.

Dalam ilmu pergaulan, apalagi jika dikaitkan untuk tujuan berdagang, keramahan tentu urusan nomor satu diberikan kepada calon pembeli. Sikap-sikap ngebos dan cenderung membatasi diri yang ditunjukkan penjual hanya akan membuat calon pembeli menjauh. Maka, bisa dibayangkan, bagaimana keramahan yang ditunjukkan kedua petinggi kampus tersebut mampu membuat orang seperti saya senang, nyaman, dan ingin lebih cepat bekerja sama dengannya?

Ah, seandainya seorang rektor di sini, seperti Rektor Universitas Indonesia (UI) Gumilar R Somantri,  akan bersikap seramah dan seluwes itu, menghidangkan sendiri segelas kopi untuk tamunya, bahkan kalau perlu kepada mahasiswanya yang datang mengadu tentang keluh kesahnya. Bagaimana rasanya, ya?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com