Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peta Sekolah Rawan Bencana

Kompas.com - 22/09/2011, 23:29 WIB
Luki Aulia

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com -- Rehabilitasi dan rekonstruksi sekolah rusak, terutama di daerah rawan bencana, tidak akan tepat sasaran tanpa pemetaan lokasi daerah dan kondisi sekolah yang rinci. Oleh karena itu pemetaan sekolah rawan bencana mendesak dilakukan.

Hal itu mengemuka dalam workshop Penerapan Sekolah Aman dalam Dana Alokasi Khusus (DAK) Pendidikan, yang diselenggarakan Sekretariat Nasional Sekolah Aman, Kamis (22/9/2011) di Jakarta.

Direktur Pengurangan Risiko Bencana Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Teddy W Sudinda berjanji akan memetakan sekolah rawan bencana. Dengan peta risiko bencana diharapkan penyusunan rencana penanggulangan bencana akan lebih tepat sasaran.

"Definisi sekolah aman harus dijelaskan lebih rinci aman terhadap risiko bahaya apa. Selama ini dilihat dari sisi bencana gempa saja. Padahal risiko bencana bukan hanya gempa," kata Teddy.

Definisi sekolah aman terkait dengan risiko pengurangan bencana, menurut Teddy, adalah kesadaran akan risiko bencana dan kesiapan menghadapi bencana. Sosialisasi risiko bencana ini perlu masuk ke dalam kurikulum pendidikan karena risiko kebencanaan belum dipahami masyarakat.

Wakil Menteri Pendidikan Nasional Fasli Jalal menambahkan, peta risiko bencana itu akan membantu penentuan konstruksi bangunan sekolah yang dibutuhkan. Idealnya, bangunan sekolah di daerah rawan bencana harus lebih kokoh.

Rehabilitasi dan rekonstruksi bangunan sekolah di daerah rawan bencana akan menggunakan minimal 65 persen alokasi anggaran dari DAK tahun 2010 sebesar Rp 10 triliun. Selain itu sebesar maksimal 35 persen dari DAK juga dialokasikan untuk peningkatan mutu pembelajaran seperti pembelian buku atau keperluan laboratorium.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com