Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tidak Ada Pendidikan Guru SMK Pertanian

Kompas.com - 07/10/2011, 20:19 WIB
Ester Lince Napitupulu

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Guru-guru mata pelajaran produktif di sekolah menengah kejuruan (SMK) pertanian umumnya berasal dari lulusan program studi Pertanian di perguruan tinggi nonkependidikan. Hal ini terjadi akibat tidak tersedianya program pendidikan pertanian di lembaga pendidik tenaga kependidikan.

Sudarman, Kepala SMK Negeri 2 Slawi, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, mengatakan, guru-guru di sekolahnya ada yang berasal dari program D-3 Pertanian yang disiapkan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan guru sekolah pertanian menengah atas (SMPA) pada masa lalu. Ketika keluar Undang-Undang Guru dan Dosen yang mensyaratkan guru harus berpendidikan minimal D-4/S-1, para guru melanjutkan ke program sarjana pertanian nonkependidikan.

"Akhirnya terpaksa ada yang melanjutkan ke S-1 Pertanian yang tidak selaras dengan diploma tiganya atau bidang yang diajarnya. Namun, memang tempat kuliahnya terbatas karena memilih yang dekat supaya tetap bisa mengajar. Yang penting, guru menyandang gelar sarjana pertanian biarpun dari perguruan tinggi nonkependidikan," tutur Sudarman, Jumat (7/10/2011).

Guru-guru yang berasal dari sarjana pertanian, semisal Institut Pertanian Bogor, Universitas Gadjah Mada, Universitas Negeri Surakarta, atau perguruan tinggi umum lainnya, sebelumnya mengambil akta empat terlebih dahulu di lembaga pendidik tenaga kependidikan (LPTK). Dengan demikian, sarjana pertanian dengan beragam program keahlian itu dinilai memenuhi syarat untuk menjadi guru.

"Sekarang akta empat tidak ada lagi. Kami masih belum tahu bagaimana pengangkatan guru untuk kebutuhan SMK pertanian. Sebab, guru-guru yang ada dari sarjana pertanian yang kuliah di perguruan tinggi umum. Ini mesti dipikirkan," ujar Sudarman.

Menurut Sudarman, Indonesia sebagai negara agraris mesti memperkuat pendidikan pertanian, termasuk juga di jenjang SMK. Untuk itu, pemerintah perlu mendesain perekrutan guru-guru SMK pertanian yang profesional.

Pendidik bukan hanya harus menguasai bidang keilmuannya. Para guru perlu memiliki jiwa sebagai pendidik dan kemampuan mengembangkan metode pendidikan yang tepat bagi para siswanya.

Joko Sutrisno, Direktur Pembinaan SMK Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional, mengemukakan bahwa untuk kebutuhan guru-guru SMK sebenarnya lebih baik dari luluan D-4/S-1 yang memang ahli di bidang kompetensi masing-masing. Penguasaan ilmu yang lebih dalam penting untuk membekali lulusan SMK yang siap kerja dan berdaya saing.

"Untuk membentuk jiwa pendidiknya, nanti calon guru dari sarjana pertanian, teknik, atau program keahlian spesifik lainnya perlu ikut pendidikan profesi guru," kata Joko.

Guna mendukung sejumlah SMK pertanian yang kekurangan guru produktif program keahlian, Kemdiknas membuat program mahasiswa tingkat akhir dari sejumlah perguruan tinggi negeri terjun ke SMK. Mereka membantu pembelajaran di SMK sesuai dengan program keahliannya, termasuk yang dilakukan calon sarjana pertanian.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com