Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memanen Listrik dari Gunung Api

Kompas.com - 14/10/2011, 11:36 WIB
Amir Sodikin,
Indira Permanasari S

Tim Redaksi

 

Amir Sodikin, Indira Permanasari & Ahmad Arif

KOMPAS - Pipa-pipa raksasa berjalinan. Sebagian menghunjam dalam perut Gunung Sibayak, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Asap putih mengepul bersamaan dengan listrik yang terpompa keluar tanpa henti.

Jika gunung api di Indonesia identik letusan dan bencana, Sibayak merupakan pengecualian. Gunung berketinggian 2.172 meter di atas permukaan laut (mdpl) ini merupakan sedikit dari gunung api di Indonesia yang telah menjadi ladang listrik bersumber energi panas bumi.

Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Sibayak di Desa Semangat Gunung dan Desa Doulu itu telah menghasilkan listrik berkapasitas 10 megawatt (MW) dan masih berpotensi dimaksimalkan hingga 40 MW.

Sumur panas bumi tersebut dikelola PT Pertamina Geothermal Energy (PGE). ”Kami bertanggung jawab mengusahakan panas bumi hingga permukaan, sedangkan PT Dizamatra Powerindo yang membangkitkannya menjadi listrik dan menjualnya ke PLN,” kata Sapto Trianggo Nurseto, ahli geosains dari PT Pertamina Geothermal Energy AG Sibayak, saat ditemui di PLTP Sibayak.

Menurut Sapto, prinsip kerja panas bumi mirip dengan memasak air dalam ceret. Dibutuhkan kompor untuk memanaskan ceret agar air di dalamnya mendidih dan memproduksi uap. Uap itulah, dengan suhu dan tekanan tertentu, akan menembus lubang kecil penutup ceret. Dalam perumpamaan ini, kompor adalah batuan panas, lapisan air merupakan reservoir air di bawah batuan, tutup ceret adalah batuan penudung yang menjebak uap air, sedangkan lubang tutup ceret adalah sumur yang harus dibor.

Salah satu isyarat di daerah tersebut memiliki potensi panas bumi adalah keberadaan semburan uap panas (fumarol) dan sumber mata air panas. Tak semua jalur gunung api bisa dibor untuk panas bumi. ”Harus ada syarat batuan panas, reservoir air, dan batuan penudung,” kata Sapto. Dan Gunung Sibayak memiliki semua syarat itu.

Proses pembentukan

Dibelit Cincin Api Pasifik dan diimpit tumbukan tiga lempeng benua yang hiperaktif (Pasifik, Eruro-Asia, dan Indo-Australia), Indonesia memiliki 129 gunung api atau sekitar 30 persen dari total gunung api dunia. Tumbukan lempeng juga membentuk zona subduksi yang panjang, mulai dari Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, sampai ke Kepulauan Maluku. Di Sumatera, fenomena itu mengakibatkan terbentuknya suatu patahan geser besar (transform fault) yang disebut Zona Patahan Besar Sumatera.

Selama ini, gunung-gunung api dan zona patahan ini lebih merupakan sumber bencana. Padahal, selain limpahan abu vulkanik yang menyuburkan tanah, gunung api dan zona patahan juga menjadi ladang bagi energi panas bumi. ”Zona patahan berpotensi bagi terbentuknya tungku pemanas alami di dalam bumi,” papar Sapto.

Halaman:
Baca tentang


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

    Terkini Lainnya

    Kemdiktisaintek Pastikan Dana BOPTN Tak Dipotong, Anggarannya Tetap Rp 6,018 Triliun

    Kemdiktisaintek Pastikan Dana BOPTN Tak Dipotong, Anggarannya Tetap Rp 6,018 Triliun

    Edu
    Penelitian Situs Gunung Padang, Menbud Fadli Zon Buka Peluang Libatkan Ahli dari Luar Negeri

    Penelitian Situs Gunung Padang, Menbud Fadli Zon Buka Peluang Libatkan Ahli dari Luar Negeri

    Edu
    Iluni UI Dorong Kolaborasi Perkuat Ekosistem Film Indonesia lewat Festival Film 'IMAC 2025'

    Iluni UI Dorong Kolaborasi Perkuat Ekosistem Film Indonesia lewat Festival Film "IMAC 2025"

    Edu
    Apa itu Deep Learning? ini Penjelasan Mendikdasmen Abdul Mu’ti

    Apa itu Deep Learning? ini Penjelasan Mendikdasmen Abdul Mu’ti

    Edu
    Pemerintah Pastikan Biaya Operasional Perguruan Tinggi dan Beasiswa Tak Kena Efisiensi Anggaran

    Pemerintah Pastikan Biaya Operasional Perguruan Tinggi dan Beasiswa Tak Kena Efisiensi Anggaran

    Edu
    Wisuda Nara Kreatif: Pendidikan Inklusi Jadi Peluang Meningkatkan Kualitas Hidup

    Wisuda Nara Kreatif: Pendidikan Inklusi Jadi Peluang Meningkatkan Kualitas Hidup

    Edu
    Kena Efisiensi Anggaran, BRIN Pilih Pangkas Biaya Fasilitas Pimpinan

    Kena Efisiensi Anggaran, BRIN Pilih Pangkas Biaya Fasilitas Pimpinan

    Edu
    Pemerintah Pastikan Beasiswa LPDP Tak Terkena Efisiensi Anggaran

    Pemerintah Pastikan Beasiswa LPDP Tak Terkena Efisiensi Anggaran

    Edu
    Pendaftaran Calon Rektor UT Periode 2025-2030 Dibuka untuk Umum, Ini Syarat dan Tahapannya

    Pendaftaran Calon Rektor UT Periode 2025-2030 Dibuka untuk Umum, Ini Syarat dan Tahapannya

    Edu
    Kemendikdasmen: PIP dan Tunjangan Guru Tidak Kena Efisiensi Anggaran

    Kemendikdasmen: PIP dan Tunjangan Guru Tidak Kena Efisiensi Anggaran

    Edu
    Pendaftaran SNBP 2025 Tutup 4 Hari Lagi, Cek 5 Hal agar Tak Gagal Daftar

    Pendaftaran SNBP 2025 Tutup 4 Hari Lagi, Cek 5 Hal agar Tak Gagal Daftar

    Edu
    Mendiktisaintek Satryo: Dokter Tak Tergantikan oleh AI tapi…

    Mendiktisaintek Satryo: Dokter Tak Tergantikan oleh AI tapi…

    Edu
    BKKBN Luncurkan Sekolah Lansia, Tetap Aktif Produktif di Usia Senja

    BKKBN Luncurkan Sekolah Lansia, Tetap Aktif Produktif di Usia Senja

    Edu
    Binus Ubah Jurusan Ilmu Komunikasi Jadi Creative Digital Communication

    Binus Ubah Jurusan Ilmu Komunikasi Jadi Creative Digital Communication

    Edu
    26 UIN Akreditasi Unggul di SPAN-PTKIN dan SNBP 2025

    26 UIN Akreditasi Unggul di SPAN-PTKIN dan SNBP 2025

    Edu
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
    atau