Jakarta, Kompas -
Keberhasilan China melakukan reformasi pendidikan ini menjadi pokok pembahasan yang mengemuka dalam ”Seminar Pendidikan untuk Peningkatan Mutu Rakyat” di Museum Nasional, Jakarta, Selasa (18/10). Seminar diadakan dalam rangkaian pameran Seni Ukur Stempel dan Kaligrafi Tiongkok karya Li Lanqing, bekerja sama dengan Kedutaan Besar China dan Museum Nasional.
Lanqing adalah Bapak Reformasi Pendidikan China yang berhasil merombak sistem pendidikan negara itu menjadi pendidikan berbasis budaya. Ia mereformasi pendidikan ketika menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri China, 1993-2003.
Li Yansong, Direktur University of Peking, mengatakan, Lanqing melihat ada tiga permasalahan utama yang menghambat dunia pendidikan, yaitu gaji guru yang rendah, perumahan guru yang tidak layak, dan dana pendidikan yang tidak memadai. Lanqing lalu berjuang meningkatkan dana pendidikan China hingga mencapai 20 persen dari produk domestik bruto (PDB) negara tersebut.
Setelah berhasil mereformasi pendidikan tingkat dasar, Lanqing kemudian mereformasi pendidikan tinggi. Melalui reformasi pendidikan, Pemerintah China membuka lebar-lebar pintu belajar hingga ke perguruan tinggi (PT), dan sejak 1999 pemerintah memberikan banyak subsidi untuk PT.
Sejak kebijakan itu digulirkan, kini 30 juta orang menjadi mahasiswa di berbagai PT di China.
Wakil Menteri Pendidikan Nasional Fasli Djalal mengatakan, keberhasilan China dalam dunia pendidikan karena negara itu mengembangkan pendidikan berbasis kebudayaan. Sejak dini siswa sudah ditanamkan nilai-nilai tradisi.