Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ukuran Kesejahteraan Tak Hanya Materi

Kompas.com - 26/10/2011, 13:17 WIB
Indra Akuntono

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Aji Sularso, peneliti, yang juga mantan Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan, mengatakan, seorang peneliti sebaiknya tak hanya melihat kesejahteraan sebatas materi. Sebab, kata Aji, di Indonesia belum ada aturan penggajian yang menyesuaikan dengan profesi. Menurut dia, kepuasan seorang peneliti ketika hasil penelitiannya memberikan manfaat bagi orang lain.

"Kalau mau cari uang jangan jadi peneliti. Kita beda dengan negara lain. Tapi sekarang kan sudah ada reformasi birokrasi, nantinya akan diatur orang yang bekerja banyak akan digaji banyak," kata Aji, Rabu (26/10/2011), kepada Kompas.com, disela mengikuti lokakarya di Gedung Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta.

Ia menjelaskan, peneliti itu termasuk dalam profesi jabatan fungsional ahli. Meski tidak punya jabatan struktural, tapi peneliti memiliki tunjangan jabatan fungsional yang diberikan sesuai strata dari peneliti tersebut.

"Belum lagi kalo profesor. Mereka termasuk peneliti paripurna dan secara khusus diberikan tunjangan profesor yang besarnya sekitar Rp 9 juta," jelasnya.

Meski tunjangan tersebut dinilainya cukup baik, akan tetapi pemerintah tetap harus jeli memperlakukan para peneliti. Misalnya, dengan memberikan pengakuan dan pembinaan kepada para peneliti. Menurutnya, selama ini pemerintah masih kurang memerhatikan para peneliti dengan tidak membuka peluang menindaklanjuti hasil-hasil penelitian.

"Misalnya, apakah pernah hasil penelitian seseorang itu kemudian ditindaklanjuti dalam bentuk diproduksi," ungkapnya.

Kurangnya perhatian pemerintah, diakui Aji, mengakibatkan peneliti andal yang dimiliki Indonesia kemudian ditarik oleh negara lain.

"Saat ini yang harus dilakukan oleh pemerintah maupun swasta adalah memberdayakan hasil dari penelitian itu, karena akan memacu para peneliti untuk bekerja all out dan tidak tergiur dengan iming-iming lain," kata Aji.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com