Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dana Cekak, ITS Rekayasa Kapal Selam

Kompas.com - 02/11/2011, 02:40 WIB

Surabaya, Kompas - Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya mengembangkan riset perekayasaan kapal selam kombinasi kapal permukaan dan kapal melayang dengan sayap di permukaan air. Rekayasa ini mengakali minimnya dana riset, sekaligus menunjukkan kreativitas tinggi periset Indonesia.

”Saya mendapatkan dua mesin kembar diesel Mitsubishi 6D40T untuk mesin kapal selam ini di pertokoan dan bengkel Margomulyo. Sebenarnya, ini mesin truk trailer,” kata Kepala Laboratorium Hidrodinamika pada Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Wisnu Wardhana, Selasa (1/11), di Surabaya, Jawa Timur.

Harga satu mesin truk trailer, kata Wisnu, sekitar Rp 75 juta. Harga permesinan kapal selam proporsional di pasaran antara Rp 350 juta dan Rp 400 juta.

Kapal selam itu diberi nama Kapal Perang Crocodile-Hydrofail (KPC-H), berukuran panjang 12 meter, lebar maksimum 2,8 meter, dan tinggi 2 meter. Wisnu mendapat alokasi dana dari program insentif riset Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Rp 1 miliar per tahun untuk periode tiga tahun, 2011-2013.

Kapasitas angkut penumpang kapal selam ini 6-8 orang dengan perkiraan total bobot 14,37 ton. Selain pembelian mesin kembar, tahun ini ditargetkan penyelesaian cetakan badan kapal. ”Pembuatan kapal dengan tiga mode ini mungkin pertama di dunia,” kata Wisnu.

KPC-H punya tiga mode, meniru perilaku buaya di air, yaitu mode menyelam, mengapung, dan melayang dengan sirip/sayap menyentuh permukaan air.

Substitusi tak masalah

Ketua Dewan Riset Nasional Andrianto Handojo, dihubungi di Jakarta, mengatakan, karena keterbatasan dana riset, substitusi bahan/material, seperti mesin kapal selam, bukan masalah. Namun, untuk skala industri atau komersialisasi harus menggunakan standar ketat.

”Situasi riset di Indonesia saat ini tak memungkinkan menggunakan dana besar,” kata dia.

Kegiatan riset menghasilkan pengalaman berguna. Mengakali bahan/material penelitian lebih murah, lazim dikerjakan.

Kepala Balai Penelitian dan Pengembangan Biomaterial Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Suprapedi mengemukakan, para peneliti produk pupuk organik ”Beyonic” LIPI juga mengakali dana cekak, antara lain alat pembiakan mikroba. (NAW)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com