JAKARTA, KOMPAS.com -- Lemahnya kepemimpinan nasional membuat konflik Papua berkepanjangan. Hal ini berbeda ketika pemerintah berupaya menyelesaikan konflik Aceh.
I Nyoman Sudira, anggota Forum Akademisi untuk Papua Damai mengemukakan, konflik Aceh bisa selesai karena kepemimpinan nasional Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla kela itu sangat kuat dan solid.
"Pak Yudhoyono memiliki akses ke militer, sementara Pak Jusuf memiliki akses ke dunia usaha dan tokoh-tokoh informal yang terlibat konflik Aceh. Kombinasi kedua tokoh nasional tersebut mampu menyelesaikan konflik melalui perjanjian Helsinki," kata Nyoman dari Universitas Parahyangan, Bandung, Jawa Barat.
Saat ini, kata dia, kondisi kepemimpinan nasional tidak sekuat semasa perundingan dan perjanjian damai Aceh.
Otto Syamsuddin Ishak dari Universitas Syah Kuala, Aceh, menambahkan bahwa selain kepemimpinan kuat, perjanjian damai Aceh melalui sejumlah tahapan. "Perjanjian Helsinki adalah tahap ke tiga. Langkah pertama adalah Cease of Hostility Agreement (COHA) yang diikuti Jeda Kemanusiaan," ungkap Otto.
Dia berharap pemerintah segera berinisiatif membuka dialog untuk penyelesaian konflik Papua.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.