Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kembalikan Kampus Hijau Kami

Kompas.com - 15/11/2011, 05:48 WIB

Dulu, kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) hijau dan sejuk. Secara topografi, kondisi permukaan tanah di kampus kami adalah bukit-bukit bergelombang pada ketinggian 145-204 meter di atas permukaan laut. Dengan kondisi itu, kampus IPB memiliki potensi biodiversitas yang tinggi dilihat dari aneka satwa yang hidup dalam ekosistem di lingkungan kampus.

otensi tersebut membuat IPB mendeklarasikan diri sebagai kampus biodiversitas. Rektor IPB Herry Suhardiyanto mengesahkannya pada 23 Mei 2011.

Namun, kepentingan pembangunan yang membutuhkan pembukaan lahan telah membuat kampus IPB tak sesejuk dan sehijau dulu. Banyak pohon di sekitar Danau Layanan Sumber Daya Informasi (dulu Perpustakaan Pusat IPB), hutan di dekat Fakultas Perikanan, Fakultas Kehutanan, dan dekat asrama putri Tingkat Persiapan Bersama (TPB) ditebang.

Fenomena itu menggugah hati sivitas akademika yang secara langsung merasakan dampaknya. Ketika pohon-pohon masih banyak di pinggir jalan, kami merasakan kesejukan udaranya. Namun, kini udara panas terasa menyengat kulit kami.

Ada kerinduan segenap penghuni kampus merasakan suasana lingkungan yang sejuk. Selain terasa sejuk ketika melewati banyak pohon, pandangan mata juga lebih sehat dengan melihat warna hijau klorofil daun.

Perubahan kondisi itu membuat mahasiswa mengadakan aksi bertema ”Menabur Asa di Pohon Harapan” pada Rabu (2/11). Aksi dilaksanakan tim gabungan berbagai komunitas di IPB yang peduli lingkungan, yakni Lawalata (kelompok mahasiswa pencinta alam), Tree Grower Community, Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata (Himakova), Rimbawan Pencinta Alam (Rimpala), Korps Sukarela PMI, Keluarga Ekonomi dan Manajemen Pencinta Alam (Karemata), dan Azimuth (biro lingkungan hidup di Departemen Tanah Fakultas Pertanian).

Tempat strategis

Mereka bersama-sama mengawali langkah demi tujuan mulia, mengembalikan dan menjaga kelestarian lingkungan kampus IPB. Kegiatannya berupa pemasangan spanduk di beberapa lokasi dalam kampus, pembagian leaflet berisi esai tentang kondisi lingkungan IPB. Lokasi aksi dipilih di tempat strategis yang ramai lalu lalang mahasiswa, yaitu koridor pusat media center mahasiswa dan pelataran perpustakaan. Ini membuat mahasiswa tertarik terlibat.

Panitia lalu mengajak para mahasiswa menulis aspirasi mereka terkait fenomena yang terjadi. Aspirasi bisa berupa ”curhat” karena udara panas akibat penebangan pohon, harapan, kritik, dan saran. Aspirasi ditulis di kertas yang telah disediakan. Panitia menyebut kertas itu metaplan. Setelah ditulis, metaplan digantungkan di pohon harapan. Metaplan akan dikumpulkan dan dijilid untuk disampaikan kepada rektor.

Hasil dari aksi sehari, terkumpul 518 metaplan. Sebagian besar mahasiswa menulis aspirasi berupa permintaan untuk mengembalikan kondisi kampus yang hijau dengan penanaman pohon di lingkungan kampus IPB. Tuntutan akhir mahasiswa jelas, lakukan penanaman kembali di pinggir jalan dan tempat-tempat yang masih terbuka di lingkungan kampus IPB.

Mahasiswa memilih aksi damai dan berusaha memberikan masukan solutif kepada rektor atas fenomena ini dengan mengadakan diskusi terbuka antara rektor dan mahasiswa. Artinya, ada keterbukaan antara rektor dan mahasiswa.

Para pencinta lingkungan IPB tersebut berharap Rektor IPB mau mendengarkan dan mengabulkan aspirasi mereka.

Dafid Kurniawan Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com