Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Budayawan-Seniman Deklarasikan Cinta Banyumas

Kompas.com - 29/11/2011, 12:27 WIB

PURWOKERTO, KOMPAS.com--Puluhan budayawan dan seniman se-Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Senin, mendeklarasikan Gerakan Aku Cinta Seni Budaya Banyumas (GAKCSBB) sebagai upaya untuk melestarikan budaya Banyumasan yang semakin terdesak oleh budaya urban.

Deklarasi ini dimotori Pusat Penelitian Budaya Daerah dan Pariwisata Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto melalui kegiatan "Gendu-Gendu Rasa: Nguri-uri Budaya Banyumasan", di Gedung LPPM Unsoed Purwokerto.

Ketua Pusat Penelitian Budaya Daerah dan Pariwisata LPPM Unsoed Purwerto Rawuh Edy Priyono mengatakan, penetrasi budaya asing terhadap budaya Indonesia khususnya Banyumasan, tanpa terasa telah menusuk ke segenap sendi kehidupan masyarakat.

"Budaya asing yang dikemas dalam berbagai acara hiburan secara apik, telah membuat kita terlena. Kebudayaan asing pelan tetapi pasti telah menghancurkan identitas budaya kita. Untuk itu butuh penyadaran bahwa kita sebenarnya memiliki budaya yang tidak kalah hebatnya," kata dia menjelaskan.

Oleh karena itu, kata dia, kegiatan "Gendu-Gendu Rasa" yang diisi dengan deklarasi GAKCSBB ini ditujukan untuk mengidentifikasi persoalan-persoalan seni budaya Banyumas termasuk mencari alternatif solusi bagi persoalan tersebut.

Selain itu, memperkuat jalinan kerja sama antara pelaku seni dan budaya Banyumas, merintis pengembangan seni budaya Banyumas melalui Gerakan Aku Cinta Seni Budaya Banyumas, serta melestarikan budaya Banyumasan melalui pentas seni tradisional Banyumasan.

Sementara itu, budayawan Banyumas Ahmad Tohari mengatakan, perlu ada pembaruan gerakan budaya agar kebudayaan Banyumasan tidak tergilas modernisasi.

"Kebudayaan Banyumas merupakan kebudayaan agraris. Budaya tersebut bercirikan populis, demokratis atau dikenal dengan ’cablaka’ (bicara apa adanya, red.)," katanya.

Dalam hal ini, dia mencontohkan cara berjalan perempuan Banyumas yang berbeda dengan wanita Surakarta. "Perempuan Banyumas sebagai bagian dari masyarakat agraris cara berjalannya tegas, lugas, dan cepat," kata dia menjelaskan.

Menurut dia, gambaran masyarakat Banyumas juga terlihat dari seni tari, seni rupa, dan seni ritual lainnya karena mereka mengembangkan budaya yang selaras dengan alam melalui ritual atau motologi tertentu sebagai ciri utamanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com