Jakarta, Kompas -
Koordinator Tim Penyusun Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran HIV/AIDS Ari Fahrial Syam di Jakarta, Kamis (1/12), mengatakan, pertumbuhan kasus baru HIV di Indonesia lebih cepat dibandingkan dengan negara lain. Meski pengurangan penyebaran HIV/AIDS masuk target Tujuan Pembangunan Milenium (MDG), penanganan pemerintah lemah.
”Deteksi dini HIV masih sangat rendah,” katanya. Akibatnya, tingkat penyakit penderita saat ditangani tim medis sudah lanjut, bahkan sudah jadi AIDS.
Deteksi dini perlu dilakukan siapa saja. Apabila selama ini HIV banyak ditemui pada kelompok risiko tinggi, seperti pekerja dan pembeli seks ataupun pengguna obat-obatan terlarang dengan jarum suntik, kini HIV banyak diderita ibu rumah tangga yang tertular HIV dari suami. HIV sudah jadi penyakit infeksi yang bisa menular kepada siapa saja.
Badan PBB untuk HIV/AIDS (UNAIDS) dalam laporan HIV in Asia and the Pacific: Getting to Zero menyebutkan, lonjakan kasus HIV Indonesia terjadi pada 2004-2009. Di India, Thailand, dan Myanmar, temuan kasus baru justru menurun.
Data UNAIDS, ada 310.000 orang hidup dengan HIV di Indonesia. Kasus baru tahun 2009 mencapai 29.000-87.000. Mereka yang mampu menjangkau obat antiretroviral (ARV) hanya 15.442 penderita, sedangkan kematian terkait AIDS mencapai 8.300 kasus.
Manajer Pusat Layanan HIV Terpadu Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Zubairi Djoerban mengatakan, gejala HIV muncul 3-7 tahun sejak pertama menginfeksi. Sebelum itu, orang terinfeksi terlihat sehat. Namun, ia terus menularkan virus.
Penularan HIV dapat ditekan jika penderita minum ARV secara benar dan rutin. ARV mampu menekan penularan hingga 96 persen. Sejumlah pasien yang minum ARV secara rutin bertahan hidup hingga 18 tahun sejak pertama kali mengonsumsi. Bahkan, kemampuan fisiknya tak kalah dengan mereka yang sehat.
Meski demikian, ungkap Ari, banyak penderita tak tahu bagaimana dan di mana memperoleh ARV. Padahal, pemerintah telah menyediakan obat ini gratis di 277 rumah sakit yang memberikan layanan perawatan, dukungan, dan pengobatan HIV/AIDS.
Kemampuan petugas kesehatan, termasuk dokter, dalam menangani penderita HIV/AIDS juga masih rendah.(MZW/WIE/JON/INK/GRE/EGI/BAY/ITA)