Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Petani Dihantam Bawang Impor

Kompas.com - 07/12/2011, 05:05 WIB

Oleh Siwi Nurbiajanti

Bawang merah yang terhampar di pinggir sawah dan sejumlah tempat penjemuran bawang di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, kini tak lagi membuat para petani setempat bergairah. Kondisi itu dipicu harga bawang merah di pasaran yang kian anjlok menyusul maraknya bawang merah impor. 

Harga bawang merah yang sebelumnya Rp 6.000- Rp 7.000 per kilogram kini terpuruk menjadi Rp 2.500- Rp 3.400 per kilogram. Harga itu jauh di bawah titik impas, Rp 5.000-Rp 5.500 per kilogram, dan merupakan harga terendah sepanjang satu tahun terakhir.

Menurut para petani, harga anjlok itu terjadi selama sebulan terakhir. Sekitar Juli lalu, harga bawang juga sempat turun pada Rp 3.000-Rp 4.000 per kilogram. Oktober lalu, harga bawang merah sempat naik pada Rp 7.000-Rp 8.000 per kilogram.

Rusdiyanto (30), petani bawang merah di Desa Bulusari, Kecamatan Bulakamba, Kabupaten Brebes, mengaku, dengan produktivitas 10 ton per hektar, petani hanya mendapatkan hasil Rp 25 juta-Rp 34 juta. Padahal, biaya yang dibutuhkan dari mulai tanam hingga panen sekitar Rp 50 juta per hektar. ”Biaya terbesar pada pupuk dan pestisida,” katanya.

Dari biaya Rp 25 juta untuk mengolah sawahnya seluas setengah hektar, sekitar Rp 15 juta habis untuk membeli pestisida dan pupuk. Ironisnya, separuh biaya pupuk dan pestisida diperoleh dari berutang pada toko sarana produksi tani sehingga setelah panen harus dibayar. Praktik serupa dilakukan sebagian besar petani bawang merah lainnya di Brebes.

Ketua Kelompok Tani Karya Tani Desa Bulusari Slamet Aminjaya menjelaskan, beban utang yang dialami para petani memaksa mereka segera menjual hasil panen. Meskipun harganya murah, mereka membutuhkan uang untuk membayar utang dan modal tanam berikutnya.

”Biasanya, petani hanya menyisakan sebagian hasil panen untuk konsumsi pribadi dan stok bibit pada musim tanam berikutnya,” paparnya.

Impor marak

Anjloknya harga bawang merah itu dipicu berbagai masalah. Namun, yang paling menonjol adalah masuknya bawang merah impor di pasar lokal. Berdasarkan data Asosiasi Bawang Merah Indonesia, volume bawang impor yang masuk ke Brebes adalah 25-200 ton per hari.

Bawang impor itu berasal dari Vietnam dan India. Barang ini diangkut dari Jakarta menggunakan truk-truk besar kemudian dibongkar di Brebes di sejumlah gudang milik pedagang bawang merah.

Sekretaris Asosiasi Bawang Merah Indonesia Juwari mengungkapkan, bawang merah impor masuk sejak awal 2011 dan terbanyak pada April dan September. Ukuran bawang merah impor ini lebih besar dibandingkan dengan produk lokal. Harganya Rp 3.000-Rp 4.000 per kilogram. ”Petani heran, mengapa harga bawang impor bisa murah. Padahal, untuk mendatangkannya membutuhkan biaya banyak,” ujar Juwari.

Bagi dia, tidak selayaknya bawang merah masuk ke Brebes sebab produksi komoditas tersebut di wilayah itu berlimpah. Panen berlangsung sepanjang tahun dengan volume 10.000-20.000 ton per bulan. Pada Juli dan September, volume produksi bisa mencapai 100.000 ton karena saat itu merupakan panen raya.

Padahal, sesuai pola konsumsi orang Indonesia, kebutuhan konsumsi bawang merah hanya 0,27 kilogram per orang per bulan. Dengan jumlah penduduk Brebes sekitar 1,9 juta orang, berarti kebutuhan konsumsi bawang merah di Brebes hanya 513 ton per bulan.

Kepala Bidang Agribisnis, Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Hortikultura Brebes, Gatot Rudiono mengatakan, bawang merah impor tidak hanya masuk ke wilayah Brebes, tetapi juga seluruh wilayah Indonesia, termasuk sentra pemasaran bawang merah dari Brebes, seperti Jakarta.

Kondisi tersebut berpengaruh terhadap harga bawang di Brebes sebab menurunkan permintaan. Padahal, dengan luas lahan sekitar 25.000 hektar, selama ini Brebes berkontribusi memenuhi 23 persen kebutuhan bawang merah nasional.

Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia Brebes Masrukhi Bachro menduga anjloknya harga bawang merah di Brebes juga akibat persaingan dengan bawang produksi daerah lain. Petani bawang merah Brebes kalah bersaing dengan petani daerah lain karena biaya produksi di Brebes tinggi sebagai dampak kesulitan air di wilayah pantura.

”Di daerah lain, petani masih bisa untung dengan harga Rp 3.500 per kilogram. Namun, di Brebes tidak bisa,” ujar Bachro tanpa menyebutkan daerah yang dimaksud.

Saat berdialog dengan petani di Brebes pada Minggu lalu, Menteri Pertanian Suswono pun nyaris tidak memberikan solusi nyata atas anjloknya harga bawang merah lokal. Ia hanya melakukan kompensasi dengan membeli 3 ton bawang merah seharga Rp 5.500 per kilogram.

Dikatakan, sesuai peraturan, bawang merah yang boleh diimpor hanya yang tidak ada daunnya, kecuali bawang untuk bibit. Jika saat ini masuk bawang merah konsumsi yang disertai daun, diduga itu merupakan bawang ilegal atau selundupan.

”Jika petani bisa memenuhi kebutuhan bibit bawang merah dalam negeri, pemerintah akan menghentikan izin impor bibit bawang merah,” kata Suswono.

Sungguh malang nasib petani. Mereka sepertinya dibiarkan bebas bertarung dengan kekuatan pemilik modal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com